Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Berkaca kepada Pemakaman Abu Lahab

Diperbarui: 24 Maret 2020   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, Abu Lahab. Foto | NEWStrends

 

Paman Nabi Muhammad Saw ini banyak disebut dalam kitab-kitab sejarah Islam. Ia tercatat bukan dengan ‘tinta emas’, tetapi lebih banyak diingat hingga kini lantaran keburukannya, terlebih namanya diabadikan dalam kitab suci Alquran. Dialah Abu Lahab yang banyak “mewarnai” perjalanan Rasulullah Saw sejak lahir hingga berakhirnya Perang Badar.

Abdul Uzza bin Abdul Mutholib adalah nama asli Abu Lahab. Lahab berarti 'yang menyala-nyala.' Sebutan itu disematkan karena waktu kecil dikenal dari wajahnya yang tampak cerah. Bagi para santri di Tanah Air dapat dipastikan tahu siapa sesungguhnya Abu Lahab. Sebab, dalam Alquran namanya diabadikan pada surah Al-Lahab.

Sepak-terjang Abu Lahab, oleh sebagian umat Muslim, hingga kini banyak diketahui lantaran setiap mempelajari kandungan Alquran dan ceramah ustaz di berbagai tempat, kerap bersinggungan dengan kisah Abu Lahab itu.

Dalam berbagai litaratur sering diungkap bahwa Abu Lahab seringkali melempari rumah Rasulullah dengan kotoran. Tetapi, Nabi tidak pernah marah dan membersihkan kotoran itu.

” Wahai Bani Manaf, tetangga macam apakah yang berlaku seperti ini?” ucap Rasulullah.

Pun demikian dengan istrinya, Ummu Jamilah. Sebelas dua belas, sama jahatnya dengan Abu Lahab.   

Di berbagai majelis ta’lim, sering disebut bahwa surah al-Lahab turun 10 tahun sebelum matinya Abu Lahab. Abu Lahab mati setelah Perang Badar. Tapi ia tidak ikut pertempuran tersebut. Ia memberi dukungan dengan mengeluarkan dana 4.000 dirham. Lahab minta seorang rekannya, al-Ashi bin Hisyam, untuk mengganti kedudukannya di pertempuran Perang Badar.

Meski Abu Lahab tercatat dalam ‘lembaran buruk’ dalam sejarah Islam, faktanya ia punya nilai “plus”. Para ulama sepakat bahwa Abu Lahab berbuat baik pasca kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Begini cerianya. Seusai Aminah – ibunda Rasulullah Saw -  mengutus untuk menyampaikan berita gembira itu kepada Abdul Muthalib (paman Nabi Saw) yang ketika itu sedang berthawaf di Ka’bah dan dengan cepat mengunjungi menantu dan cucunya. Abu Lahab mendengar berita itu dari jariyah-nya (hamba sahaya), Tsuwaibah, tentang kelahiran bayi lelaki almarhum saudara kandungnya (Abdullah).

Lantaran demikian gembiranya, Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah. Ini nilai “plus”yang dimaksud. Setelah itu, selama 40 tahun ke depannya, Abu Lahab tampil sebagai sosok yang memusuhi Nabi Saw.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline