Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Menganalogikan Prabowo Makmum Masbuk, Cak Imin Keliru

Diperbarui: 16 Oktober 2019   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan Prabowo Subianto dan Cak Imin (Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay)

Jika seorang muslim (lelaki) yang disunnahkan shalat berjamaah di masjid atau mushala tertinggal (terlambat) untuk shalat berjamaah beberapa rakaat, maka yang bersangkutan disebut makmum masbuk.

Jika makmum masbuk tersebut mengerti adab shalat, maka dia akan melakukan beberapa hal, di antaranya segera masuk dalam barisan shalat, melaksanakan takbiratul ihram dan seterusnya membaca surat Ummul Kitab atau surah Alfatiha.

Bila makmum masbuk tersebut ikut imam dalam posisi rukuk, maka ia mendapat rakaat tersebut. Usai imam beri salam, makmum bersangkutan lantas menyempurnakan rakaat yang belum dilaksanakan.

Dalam shalat ada adab-adab yang harus diindahkan, antara lain merapikan barisan, ikut gerakan imam, tidak boleh mendahului gerakan imam. Makmum tidak boleh tertinggal dari dua gerakan dari imam, misal imam sudah sujud sementara makmum masih rukuk. Jika itu terjadi, maka shalat makmum tak sah hukumnya.

Adab lain, posisi makmum tak boleh berada lebih depan daripada imam. Imam menjadi patokan gerakan makmum dalam shalat berjamaah.

Dari gambaran ini, KBBI meringkaskan pengertian masbuk sebagai makmum yang datang terlambat pada saat shalat berjamaah (di masjid, mushala) sementara imam sudah mengerjakan sebagian shalat wajib.

Sungguh tidak tepat menyebut Prabowo Subianto (Ketua Umum Gerindra) sebagai makmum masbuk. Pernyataan itu disampaikan Cak Imim, sapaan Muhamimin Iskandar (Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa), seusai bertemu Prabowo. 

Ketua Umum PKB itu mengambil analog sebagai makmum masbuk lantaran partai berkepala Garuda itu baru datang belakangan lalu ingin bergabung dengan pemerintah lantaran ingin dapat kursi di kabinet.

Padahal untuk disebut sebagai makmum saja Prabowo tidak tepat, apa lagi ditambahi embel-embel masbuk.

Kita simak dulu duduk perkaranya. PKB, sebagai partai pendukung Joko Widodo pada Pilpres lalu, dewasa ini tidak ingin kehilangan jatah kursi di kabinet kerja Jokowi jilid II. Jika Gerindra menempatkan dua kadernya: Fadli Zon dan Edhy Prabowo, maka potensi PKB menempatkan kadernya di kabinet berkurang. Demikian pula partai pendukung lainnya; Nasdem, PPP, Golkar, PDIP lantaran kubu oposisi kini makin merapat ke Jokowi akhir-akhir ini.

Untuk mengungkap ketidaksetujuannya itu,  Muhaimin Iskandar menganalogikan Partai Gerindra sebagai makmum masbuk. Datangnya telat. Lalu pemahaman makmum masbuk itu diperjelas Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.  Partai Gerindra dinilai sebagai jamaah yang datang belakangan dalam shalat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline