Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menganalogikan Prabowo Makmum Masbuk, Cak Imin Keliru

16 Oktober 2019   00:10 Diperbarui: 16 Oktober 2019   05:54 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Prabowo Subianto dan Cak Imin (Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay)

Sejatinya pertemuan Prabowo dan Jokowi memang menguatkan sinyal Gerindra ingin mendapatkan jatah kursi di parlemen. Caranya, usai melobi Jokowi lalu melobi partai-partai pendukungnya. Prabowo pun sadar hal itu wajib diperjuangan. Terlebih di parlemen Gerindra 'gigit jari' lantaran tak dapat posisi sebagai orang nomor satu.

Partai Gerindra punya agenda ke depan. Partai ini harus membuat perhitungan bahwa Pilpres 2024 mendatang harus memiliki kader berpengalaman di pemerintahan. Hal ini berangkat dari kesadaran bahwa ke depan, posisi ketua umumnya tak lagi punya daya tawar di pasaran pilpres.

Fenomena itu bukan tak ditangkap Cak Imim. Karena itu untuk mengungkapkan ketidak-setujuan itu, Cak Imin menyebut Prabowo sebagai makmum masbuk.

Tepatkah?

Ya, tidak. Sekalipun itu sebagai ungkapan analogika saja. Menganalogikan makmum masbuk pada peristiwa hadirnya Prabowo menjelang penyusunan personil kabinet tidak tepat.

Coba kita perhatikan, shalat berjamaah sudah bubar dan tak ada kegiatan ibadah di masjid, lalu Prabowo datang. Patutkah ia disebut sebagai makmum. Untuk mengambil posisi di barisan saf saja tak sempat, apa lagi berucap kalimat lainnya.

Jadi, tidak bisa dianalogikan seperti itu. Mengingat lagi kegiatan di masjid sudah berakhir. Tepatnya, masa kampanye Pilpres sudah terlewati. Ibarat pertandingan sepakbola, kalaupun ada injury time, Prabowo tak punya peluang lagi untuk merumput di lapangan hijau. Pertandingan sudah usai.

Lagi-lagi memang Cak Imim sepertinya tak ikhlas Gerindra masuk kabinet Jokowi. Dan Prabowo pun sadar bahwa pertemuannya ke markas PKB tidak untuk minta belas kasihan. Hanya sebagai lobi. Ia wajib memperjuangkan partainya. Tentang hasilnya, itu soal lain.

Prabowo sebelumnya juga menemui Ketua Umum Nasdem Surya Paloh. Setelah menjumai Cak Imin, hari berikutnya menemui Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di kantor DPP Golkar di Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat.

Apakah lobi melalui safari politik yang dilakoni Prabowo membuahkan dukungan, kita belum tahu persis. Demikian juga jadi atau tidaknya Partai Gerindra mempunyai wakil di pemerintahan mendatang, sangat tergantung dari sikap Jokowi.

Politik memang dinamis. Belakangan terbaca partai koalisi Jokowi telah mengeluarkan sinyal untuk menerima Partai Gerindra bergabung. Sepakat, semua keputusan penting diserahkan sepenuhnya kepada Jokowi. Dan, menerima respons positif seperti itu, Prabowo buru-buru menyatakan, akan menyerahkan keputusan tersebut kepada Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun