Lihat ke Halaman Asli

Edy Supriatna Syafei

TERVERIFIKASI

Penulis

Ibu Wati, Hidup Serba Pas tapi Tetap Bermanfaat

Diperbarui: 20 Juni 2018   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Wati, di kediamannya yang sederhana. Foto | Dokpri

Hidup adalah gerak. Sang Maha Pencipta, menciptakan bumi dan langit -- termasuk planet-planet lainnya -- bergerak sesuai dengan aturan-Nya. Diyakini, bumi dan langit bergerak sesuai dengan koridor yang ditetapkan, dan bila salah, keluar dari ketentuan-Nya, gerak itu dapat menimbulkan malapetaka bagi penghuni planet bumi ini.

Bagi Ibu Wati hidup ini dimaknai dengan gerak yang harus bermanfaat. Dari satu titik ke titik lainnya. Tetapi bergerak bukan di ruang hampa, gerak yang ditimbulkan itu harus membuahkan manfaat dalam hidup.  Utamanya manfaat bagi orang banyak meski dirinya sendiri, dari sisi ekonomi, terbilang serba pas-pasan. Terlebih saat Ramadhan ini, bulan penuh pengampunan dan menjadi ladang amal.

Namun ia bisa menyiasati hidup yang kurang dari sisi ekonomi itu. Gerak kehidupan dirinya justru kini makin dinanti warga sekitar meski imbalan yang diterima hanya cukup mengisi pundi-pundi yang jika dibelanjakan habis untuk kebutuhan dalam sehari.

Beruntung ia memiliki kesehatan prima. Pekerjaan yang lamban ditangani warga, ternyata dapat berjalan lebih lancar dengan uluran tangannya. Mulai tingkatan rumah tangga atau RT, RW hingga kelurahan. Bahkan di lingkungan kecamatan ia banyak dikenal lantaran sering bersentuhan dalam urusan birokrasi dan pekerjaan di lapangan.

Ibu Wati ketika diajak berdiskusi dengan Ketua RT007/RW.01 Ceger, Cipayung, Jakata Timur. Foto | Dokpri

"Bu Wati, sekarang, namanya banyak dikenal hingga para pegawai kecamatan. Itu lantaran ia supel, mau bekerja keras dan ikhlas. Harta mungkin ia tidaklah banyak, tetapi semua yang diperoleh itu ia syukuri," komentar  seorang warga tentang sosok pribadi Ibu Wati.

Kamis malam (31/5/2018) penulis bertemu dengannya di kediaman ketua RT, Bapak Tarno. Ia tengah diajak berdiskusi dengan ibu dan bapak RT 007/RW01 Kelurahan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Di situ terungkap ibu yang tidak memiliki pekerjaan tetap itu dilibatkan banyak pekerjaan menyangkut lingkungan hidup dan organisasi di masyarakat setempat. Misalnya, pekerjaan penanganan jentik nyamuk malaria, penanganan balita dan orang tua lanjut usia (lansia), penanganan persoalan kebersihan lingkungan hingga majelis ta'lim.

Wuih, heboh deh. Seolah tidak ada orang lain saja sehingga pekerjaan sebanyak itu harus melibatkan Ibu Wati.

Suatu kesempatan, Ibu Wati mendatangi isteri penulis dan meminta dukungan dana karena operasional majelis ta'lim setempat kurang dana. Ia pun secepatnya melapor kepada pengurus pengajian setempat tentang hal itu.

"Tapi, gimanya ya? Orang ini punya mobilitas tinggi. Lagi pula hubungan silaturahimnya dengan jajaran tingkat kelurahan hingga kecamatan sangat baik," ungkap ketua RT 007/RW01, Bapak Tarno.

Beranjak dari kelebihan yang dimiliki Ibu Wati ini, yaitu mau bekerja keras dan tidak merasa rendah diri -- meski pendidikannya hanya tingkatan SLTA alias sekolah lanjutan atas -- maka pengurus RT sepakat menempatkan dirinya sebagai kader yang dapat dicontoh. Usianya memang sudah kepala lima, tetapi untuk bekerja kemampuannya sangat luar biasa dan tidak diragukan hasilnya.

Namun di sisi lain, boleh dibilang, Ibu Wati juga sebagai baby sister alias pengasuh bayi. Karenanya ia pantas mendapat apresiasi. Yaitu, berupa kadoumrohallianz dari Allianz.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline