Lihat ke Halaman Asli

Eduardus Fromotius Lebe

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan Skripsi

Guru Itu Digugu dan Ditiru, Bukan Dituduh dan Dibunuh

Diperbarui: 1 November 2021   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Guru yang sedang mengajar (sumber: seluncur.id)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)

Tulisan kali ini menyoalkan secara khusus tentang pekerjaan guru yang semakin berat. Beratnya pekerjaan guru tersebut, tak sebanding dengan apa yang didapatnya. Lihat saja kesejahteraan guru yang masih jauh dari kata sejahtera.

Sama halnya  Kompasianers yang mengeluhkan K-Rewards, begitu pula guru-guru sering kali mengeluhkan tunjangan, gaji, insentif yang terlalu sedikit. Selain tunjangan guru yang minim, keluhan lain adalah tunjangan yang sering terlambat bahkan berbulan-bulan baru diterima. Inilah sisi lain pendidikan Indonesia.

Sepakat bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Tidak berarti guru bekerja tanpa digaji. Justru kesejahteraan guru harus diutamakan agar profesional kerja seiring waktu terus meningkat. 

Berbagai media masa seringkali mengangkat topik tentang kesejahteraan guru. Sekedar untuk menampil sisi buruk dunia pendidikan, sembari menanti titah sang pembuat kebijakan. Kebijakan yang layak untuk kesejahteraan para guru.  

Untuk menyegarkan ingatan kita penulis mencoba menampilkan fakta-fakta kehidupan guru. Beberapa berita yang mengangkat topik khusus tentang kesejahteraan guru antara lain sebagai berikut:

1. Guru honorer yang dipecat karena memposting gaji yang kecil di media sosial. 

2. Guru honorer yang memiliki gaji minimal harus cari uang tambahan jadi MUA

3. Gaji guru honorer lebih kecil dari upah asisten rumah tangga (ART)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline