Lihat ke Halaman Asli

Kecelakaan Tak Kenal Tempat

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DUA kabar dari manca negara, kecelakaan kapal laut. Satu kapal pesiar mengangkut 4.000 orang di Italia. Satunya lagi kapal kargo di Korea Selatan. Sedikitnya lima orang tewas di Korea Selatan. Sebanyak 40 orang hilang di Italia. Kabar dari dalam negeri tak kalah memilukan. Satu Suzuki Carry menghantam truk, lima orang tewas. Bahkan, seorang selebritas tewas saat berboncengan sepeda motor di Bali. Kecelakaan tak mengenal status ekonomi. Selaku pengguna sepeda motor, kecelakaan lalu lintas jalan menjadi sebuah ironi setiap saat. Kita semua maklum sikuda besi lebih ringkih dibandingkan siroda empat atau lebih. Risiko penunggang roda dua lebih besar. Andai kita bisa memprediksi kapan bakal celaka cerita bakal berbeda. Ironisnya, kita tak bisa menerka. Bisa di jalan raya. Bisa di jalan pemukiman. Bahkan, bisa di areal parkir atau stasiun pompa bensin umum (SPBU).

Kehati-hatian universal mesti terus ditularkan. Pemotor punya ritual sebelum berkendara. Memeriksa kondisi ban, oli, rantai, rem, lampu, hingga bahan bakar. Ketika berkendara, kehati-hatian dinaikan intensitasnya. Termasuk mengikuti aturan di jalan. Sedangkan kesediaan berbagi ruas jalan menjadi perekat, disamping keterampilan yang memadai. Perilaku berkendara masih memegang andil dominan dalam kecelakaan lalu lintas jalan. Sebagus apapun tunggangannya, bila sang pengendara lalai, bisa memicu kecelakaan. The man behind the gun. Karena itu, kita semua mahfum, konsentrasi saat berkendara menjadi mutlak. Mengingat kecelakaan tak memilih tempat. (edo rusyanto)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline