Lihat ke Halaman Asli

edgina36

Foldermaker. Footyrender.

Industri Animasi Indonesia dengan Segala Hambatannya

Diperbarui: 9 Oktober 2017   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri kreatif sekarang ini menjadi salah satu bidang yang menjanjikan. Animasi adalah salah satu industri kreatif yang perkembangannya sangat menjanjikan, baik untuk segi budaya atau pun ekonomi. Jepang dengan segala kemajuannya tak luput juga dari kemajuan industri kreatifnya, terutama Animasi. Animasi Jepang khususnya kartun animasi atau yang lebih dikenal dengan ANIME menjadi salah satu andalan negara Jepang di bidang industri kreatifnya. Kesuksesan industri kreatif Jepang khususnya di bidang Animasi terletak pada kekuatan komik atau manga. Hampir semua animasi Jepang atau Anime berasal dari komik/manga. Sisanya animasi Jepang berasal dari light novel, video games, mainan, dan karya original. Faktanya adalah 2 dari 3 buku yang dicetak di Jepang adalah komik/manga. Dan 1 dari 4 majalah Jepang adalah majalah komik, semisal Shonen Jump.  

Lalu, bagaimana dengan industri animasi di Indonesia? Di dalam industri animasi Indonesia sendiri masih ditemukannya kendala-kendala yang menghambat kemajuan bidang industri animasi, dikutip dari KaoriNusantara (17/12/2014) ada beberapa poin penting dibalik gersangnya industri animasi lokal di negeri sendiri.

  • Masalah rating, Donny Sugeng Riyadi, Production Assistant Dreamtoon Animation Studios yang sukses membuat seri Keluarga si Somat di Indosiar, menurutnya menayangkan program animasi akan menjadi sebuah perjudian bagi pihak stasiun televisi apakah penayangan program animasi ini akan meraih rating tinggi atau tidak.
  • Orientasi uang karena studionya terafiliasi dengan pihak televisi, Dreamtoon yang terafiliasi dengan stasiun Indosiar dan SCTV ternyata tidak mendapat perlakuan istimewa. Mereka mendapatkan peringatan ketika rating atau share penonton mereka turun dan hal ini berisiko besar, sebab bisa saja kontrak pengerjaan program animasi mereka dipotong jumlah episodenya atau bahkan sampai diberhentikannya program mereka.
  • Lebih murah beli animasi impor, ternyata membeli hasil karya animasi-animasi impor yang lebih murah banyak dipilih oleh pihak stasiun televisi, semisal biasanya animasi impor digargai 10 juta rupiah tiap episodenya dibandingkan ketika membuat animasi sendiri yang bisa mencapai 40 juta hanya untuk karya animasi dengan durasi 7 menit.
  • Pemerintah lepas tangan, pemerintah di Indonesia kurang mendukung dalam kemajuan industri animasi lokal. Dibandingkan dengan negara-negara lainnya, semisal Korea Selatan yang menerapkan 30%  wajib animasi lokal di televisi atau pun  Jepang yang mempersulit animasi luar untuk masuk ke negaranya. Bahkan Indonesia masih kalah dengan negara tetangga seperti Malaysia yang dibantu Multimedia Development Corporation (MDC) yang serius sekali memajukan industri animasi di negaranya.

Selain itu, ada masalah lain juga yang menghambat perkembangan industri animasi di Indonesia, salah satunya yaitu target pasar animasi di Indonesia. Para animator beserta studio animasi tak jarang kesulitan untuk menjual hasil karya mereka. Di samping itu, produksi karya animasi membutuhkan modal yang cukup besar. Dengan pangsa pasar yang belum jelas di Indonesia, tentu bagi animator beserta studi animasi akan kesulitan untuk menutup biaya produksi, dan hal itu juga yang menjadi penyegal bagi para animator dan studio animasi untuk kembali menghasilkan karya baru.

Persaingan industri animasi di Indonesia juga masih belum terasa. Sesama animator serta studio animasi hingga saat ini belum berkompetisi secara ketat untuk memperebutkan pekerjaan. Persaingan ini hanya terasa jika ada studio animasi berskala besar dan bermodal besar.

Salah satu animator, Marsha Chikita Fawzi yang pernah terlibat dalam pembuatan serial kartun animasi Upin-Ipin di Malaysia berpendapat bahwa cukup sulit membuat karya animasi yang mudah dipasarkan dan dijual di Indonesia. Ia juga mengatakan kesulitan dalam memasarkan produk dan membuat orang sadar akan karya anak negeri. Menurutnya, industri animasi di Indonesia cukup rumit, stasiun televisi sangat sulit menerima karya-karya animasi dalam negeri.

Kemajuan suatu negara dapat terlihat juga dalam perkembangan industri kreatifnya. Industri kreatif mencakup banyak bidang salah satunya yaitu bidang animasi. Melihat perkembangan animasi yang kian maju di dunia tidak ada salahnya bagi Indonesia untuk ikut terjun dalam bidang ini. Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar dalam bidang animasi, banyak juga para animator handal di Indonesia, namun dengan dengan banyaknya kendala serta hambatan yang akhirnya menjegal kemajuan industri animasi Indonesia. 

Oleh karena itu peran pemerintah akan sangat diperlukan, karena dengan adanya dukungan pemerintah misal dengan berupa peraturan-peraturan atau pun dukungan berupa modal bagi bidang animasi akan sangat berarti bagi para animator maupun bagi studio animasi.  Pemerintah Indonesia bisa mengambil contoh pada Korea Selatan yang menerapkan harus adanya animasi lokal yang tayang di televisi, hal ini bisa menjadi solusi bagi para animator yang kesulitan memasukkan karya animasinya ke dalam televisi-televisi lokal yang ada di Indonesia. 

Indonesia juga bisa mencontoh Jepang yang mempersulit animasi-animasi luar untuk masuk ke negaranya. Tak lupa, pemerintah juga harus mendukung industri komik di Indonesia, karena tak dipungkiri biasanya karya-karya animasi terkenal berasal juga dari karya komik-komik terkenal yang sebelumnya sudah ada.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline