Lihat ke Halaman Asli

eddy lana

Eddylana

Istriku, Aku Rindu Kehadiranmu

Diperbarui: 12 Mei 2021   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki tua itu masih melangkah. Gerimis kecil yang jatuh lembut dipipi. Tak menyurutkan kakinya untuk terayun. 

Hari ini adalah hari terakhir baginya untuk menunaikan puasanya. Mulutnya sedikit tersenyum kalau mengingat kebandelannya. Terbayang wajah Sita, anak perempuannya yang tampak sedikit kesal, saat dia hendak meninggalkan rumah. 

" Kemarin itu kita kan sudah nyekar ke makam Ibu. Sekarang bapak mau kesana lagi. Apalagi bapak puasa. Nanti kalau terjadi sesuatu gimana? " ujar anaknya sedikit menyentak. 

" Bapak masih kuat koq, lagipula vitamin yang kamu beli buat bapak itu rasanya cocok lho. " kilahnya memberi alasan. 

Sebenarnya, ada rasa senang pada lelaki itu, setiap kali anak- anaknya menegur ataupun seolah khawatir pada sebuah tindakannya. Dua anak perempuan nya dan satu anak lelaki bungsunya kerap memberikan perhatian padanya, yang terkadang mungkin dirasanya agak berlebihan. 

" Tapi kali ini, Sita gak mau mengijinkan bapak buat ke mana-mana. Walaupun juga untuk nyekar lagi ke makam ibu " Lelaki tua itu menumbukkan tatap nya kewajah Sita anaknya. Mencoba melemparkan sebuah senyum lemah pada anak perempuan nya itu. 

Wajah Sita merengut, lelaki tua itu mendekat dan memegang bahu Sita yang tampaknya akan mengeraskan hatinya untuk menolak keinginannya. 

" Sekali ini saja Sita. Bapak tak bisa menahan kerinduan pada mamakmu. Kalian pasti tahu betapa kehilangan yang bapak rasakan seperginya mamak mu itu. Walau sudah tiga tahun, tetapi kepergiannya terasa selalu melekat dan memeluk bapak erat. " ujar lelaki tua itu lirih. 

Sita menunduk, hatinya berbisik  pada dirinya sendiri. Bukan bapak saja yang punya perasaan itu. Kamipun punya perasaan yang sama. Kepergian ibunya tiga tahun yang lalu, cukup membuatnya untuk mengurung diri selama tiga hari dikamar nya. 

Ibu yang cerewet, tetapi penuh sayang pada keluarga. Dan itulah yang membuat Sita dan kedua adiknya sama-sama mempunyai ingatan indah tentang ibunya. 

" Tetapi bapak harus ingat, umur bapak sekarang sudah tujuh puluh tahun. Aku lihat pun terkadang jalan bapak kerap terhuyung. " 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline