Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku, Aku Rindu Kehadiranmu

12 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 12 Mei 2021   18:08 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Yah memang betul, tapi kan mungkin saja saat itu bapak terlalu capek. " jawab lelaki itu masih berusaha memberi alasan. 

Sita memandang tajam. Dari rumah, bapaknya akan berjalan sejauh satu kilometer untuk sampai ke jalan Raya. Kemudian naik angkot kesebuah stasiun Kereta Api. 

Dari stasiun itu bapaknya naik kereta menuju lokasi makam ibunya. Tetapi harus melewati tiga stasiun dahulu, baru bapaknya  tiba di stasiun terakhir. Untuk kemudian, melanjutkan dan menghabiskan waktu dengan dua kali lagi berganti angkot untuk akhirnya sampai di Makam ibunya. Dan hal itulah yang membangkitkan kekhawatiran Sita. Perjalanan itu terlalu jauh untuk orang setua bapaknya

" Ingat pak, walau dari jalan Raya ke makam ibu cuma lima puluh meter. Tetapi jalannya menanjak dan cukup terjal, ditambah lagi berkelok-kelok. Aku aja ngos-ngosan waktu kemarin itu. " tukas Sita kembali diiring suara memohon. 

"Bapak ngerti Sita, terimakasih untuk  perhatianmu pada bapak. Tetapi untuk sekali ini saja please. Setelah itu bapak akan selalu manut  pada laranganmu. "

 Sita menatap bapaknya, bahunya sedikit terangkat merespon sikap bapaknya yang seolah memohon untuk diijinkan pergi. 

" Terserah bapak lah, yang penting aku sudah larang dan menyuruh bapak untuk tak pergi ke makam ibu. "

" Oh  Terima kasih anakku. Bapak janji, cuma kali ini saja dan terakhir kali ini juga untuk berani membantah larangan mu. " lelaki tua itu meraih tubuh anaknya, memeluk dan mencium dahinya berulang-ulang. 

Pandang lelaki itu terlempar keluar kaca jendela kereta. Sejak tadi, bayangnya selalu dan selalu terisi wajah isterinya almarhum. Dengan perbedaan usia dua belas tahun, kalau itu mereka melangsungkan  pernikahan.  

Nyaris tiga puluh enam tahun dijalaninya bersama isterinya. Dengan ekonomi yang pas-pasan bukanlah hal mudah untuk mengarungi sebuah perjalanan bersama. Konon pula setelah Sita dan kedua adiknya hadir menambah jumlah keluarga. 

Tak bakal pernah lekang dari kepalanya. Betapa pontang-panting  isterinya berusaha untuk menambal kekurangan ekonomi mereka. Berjalan kecil-kecilan dirumah atau mengantar cemilan kewarung- warung untuk dijual. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun