Lihat ke Halaman Asli

Dyah R

"Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Filosofi Sabar

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Sabar itu ada dua, yaitu sabar terhadap apa yang kamu inginkan dan sabar terhadap apa yang tidak kamu inginkan"

Demikian pesan salah seorang dosen saya di kelas Pengantar Manajemen di tahun 2007.

Sudah tiga tahun berlalu sejak pesan itu pertama kali disampaikannya kepada kami. Tapi saya masih terus mengingatnya. Kenapa? Karena pesan itu saya catat di awal catatan saya sewaktu beliau mengajar. Pesan itu senantiasa terbaca setiap kali saat saya membuka buku catatan saya itu.

Pesan itu lama kelamaan terserap ke dalam memori otak saya, mengendap di hati saya, dan selalu muncul begitu saja ketika sesuatu yang bernama kesabaran harus saya hadirkan dalam diri saya, jiwa saya, pikiran saya, dan hati saya.

Pesan singkat yang bermakna. Pesan yang senantiasa berusaha saya aplikasikan dalam kehidupan saya. Berusaha menyebarkan pesan itu pula kepada yang lain.

Sore tadi, saya mendapatkan satu kalimat bijak lagi tentang kesabaran yang tentu saja melengkapi kalimat yang diucapkan dosen saya tiga tahun yang lalu.

"Buah kesabaran itu manis"

Demikian kalimat yang diungkapkan oleh Kak Ali Akbar saat kami para Instruktur Smart yang baru berkumpul di kelas itu untuk menerima pembekalan. Kak Ali Akbar adalah manager di tempat saya bekerja. Yaa..akhirnya alhamdulillah saya bekerja juga. Meskipun masih honorer. Saya terinspirasi tulisannya Mbak Yayat tentang gaji pertama. Saya sangat tertarik untuk mencicipi gaji pertama, makanya saya mencoba mendaftarkan diri menjadi tenaga pengajar di salah satu bimbingan belajar yang membuka cabang di kota ini.

Sekali lagi.. Sabar itu ada dua.. Sabar terhadap apa yang kamu inginkan dan sabar terhadap apa yang tidak kamu inginkan.

Di awal Juni, saat kawan-kawan saya sibuk mempersiapkan wisuda, sibuk mengerjakan skripsi, dan adik-adik 2007 sibuk mendaftar KKN, saya juga sibuk mendaftarkan diri untuk magang di Bank Indonesia. Magang di Bank Indonesia memang salah satu target yang saya rancang sejak awal masuk kuliah empat tahun yang lalu. Termasuk menempuh masa kuliah 5 tahun, itu juga rencana saya, yang saat ini sedang saya jalani.

Di awal Juni itu, setelah memasukkan surat lamaran magang di Bank Indonesia, beberapa hari kemudian saya mendapatkan kabar dari kawan saya yang baru saja berkunjung ke BI untuk suatu keperluan. Dia mendapatkan informasi bahwa BI sedang tidak menerima lowongan PKL (magang dan KKN) untuk bulan-bulan ini. Hmm..saya sebenenarnya sudah agak menduga. Karena setahun yang lalu juga kondisinya seperti itu. Seminggu kemudian belum juga ada panggilan dari BI. Saya mencoba bersabar.. yaa.. bersabar terhadap apa yang tidak saya inginkan. Hingga akhirnya saya mulai melupakannya. Saya membuat surat lamaran magang ke sebuah perusahaan yang berbasis ekspor-impor. Tapi entah kenapa, entah dorongan apa yang membuat saya malas ke akademik untuk mengambil surat lamaran magang saya (yang ke perusahaan ekspor-impor) yang sudah jadi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline