Lihat ke Halaman Asli

Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP [HARDIKNAS-RANGKAT]

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Peringatan HARDIKNAS tahun 2011 ini mengambil tema "Pendidikan Karakter sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa". Menurut Ratna Megawangi dalam makalahnya yang berjudul "Kecerdasan Plus Karakter", Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Dengan pendidikan karakter, seorang anak tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosi dan spiritual. Dengan kecerdasan emosi seseorang akan bisa mengelola emosinya sehingga dia akan berhasil menghadapi segala macam tantangan yang mungkin dihadapinya dan kecerdasan spiritual akan membimbingnya menjadi manusia yang bervisi jauh ke depan. Terdapat 9 pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: 1. cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; 2. kemandirian dan tanggungjawab; 3. jujur/amanah diplomatis; 4. hormat dan santun; 5. dermawan, suka tolong menolong dan gotongroyong/kerjasama; 6. percaya diri dan pekerja keras; 7. kepemimpinan dan keadilan; 8. baik dan rendah hati; dan 9. toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Dari ke sembilan karakter tersebut kita bisa melihat bahwa nilai-nilai tersebut sebenarnya telah melekat pada bangsa kita ini sejak lama. Citra diri bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai karakter tersebut. Bangsa kita adalah bangsa yang berketuhanan, berkeadilan, mandiri, suka bergotong royong dan menyelesaikan segala permasalahan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Kita juga dikenal sebagai bangsa yang santun, ramah, rendah hati, dan pekerja keras. Namun kiranya nilai-nilai tersebut kian luntur seiring era keterbukaan teknologi informasi dan globalisasi. Masuknya budaya POP yang serba instant dan menonjolkan kesenangan materialistis telah mempengaruhi gaya hidup anak bangsa ini. Belum lagi budaya free life style yang  sebenarnya tidak sesuai dengan karakter bangsa ini tetapi ditelan mentah begitu saja sebagai gaya hidup yang modern. Berawal dari keprihatinan akan hal tersebut maka pemerintah melalui pendidikan karakter bermaksud menghidupkan kembali nilai-nilai luhur bangsa ini yang telah mulai dilupakan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dicanangkan tahun 2006, Pendidikan Karakter melekat pada setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pendidikan karakter ini tidak diajarkan secara terpisah, melainkan terintegrasi dalam mata pelajaran secara keseluruhan. Dengan demikian diharapkan setiap guru menyelipkan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter tersebut sehingga efek yang diperoleh nantinya akan lebih signifikan dibandingkan bila diajarkan sebagai satu mata pelajaran tersendiri. Penanaman nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini seharusnya berupa pengetahuan aplikatif, yang berarti menuntut aplikasi atau penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mampu menjadi pelajar yang berkarakter, yaitu melaksanakan ajaran agama sesuai yang diyakininya, mencintai alam sekitarnya, mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu siswa juga berperilaku jujur, rendah hati, menghormati guru dan teman-temannya, santun, suka menolong, dan cinta damai. Penanaman nilai-nilai karakter/budi pekerti di sekolah perlu mendapatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat. Orang tua diharapkan mampu menjadi tauladan yang utama bagi anak dalam penerapan nilai-nilai tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat seharusnya tercipta lingkungan yang kondusif bagi anak untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai karakter yang dimilikinya. Diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan sekolah agar bisa menghantarkan anak didik dalam upaya mencapai keberhasilan belajar serta mengembangkan potensi sesuai minat dan bakatnya, meraih prestasi dan menjunjung tinggi budi pekerti. Sebagaimana tugas guru untuk memberikan pemahaman tentang budi pekerti di sekolah, hal ini juga menuntut peran serta orang tua secara aktif untuk mengawal anak dalam mengaplikasikan nilai-nilai budi pekerti dalam keseharianya di rumah. Dengan penerapan pendidikan karakter ini diharapkan tercipta manusia seutuhnya. Manusia yang cerdas intelektual, emosi dan spiritual sehingga akan mampu mengantarkan bangsa ini menuju ke masa depan yang lebih baik. Sebagai bangsa yang maju dalam bidang IPTEK tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur yang dimilikinya. ______________________________________________________




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline