Lihat ke Halaman Asli

Memancangkan Tonggak Niat (Panduan Menulis 1)

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

AMAL perbuatan manusia tergantung niatnya...

(Hikmah Berserakan)

ooOOOoo



Begitu banyak orang yang bercita-cita menjadi penulis sukses, namun sedikit saja yang menggapainya. Bagi kita di Indonesia ini, pangkal soalnya adalah pekerjaan menulis tidak menjamin penghidupan. Tidak bisa dijadikan tumpuan untuk menghidupi diri sendiri, apalagi untuk menopang sendi-sendi ekonomi keluarga.

Untaian kalimat di atas barangkali tidak sepenuhnya benar. Sebab ada pula orang sukses di Indonesia yang hanya menggantungkan diri dari aktivitas menulis. Sekalipun itu bisa kita hitung dengan jari tangan. Selebihnya, sebagian besar penulis Indonesia yang sukses lantaran ia sudah mapan lebih dulu taraf ekonominya.

Beberapa dari kita di antaranya lantas berujar, "Saya akan kuatkan dan mapankan dulu ekonomi keluarga. Agar dandang dan ketel di dapur tidak jatuh terguling. Saya mau jadi bisnisman atau birokrat karier yang sukses terlebih dahulu dan kemudian akan menulis."

Atau ada lagi dari kita yang mungkin menyela, "Wah, bacaan saya selama ini  masih kurang. Saya akan baca buku sebanyak-banyaknya dulu, dan setelah itu baru memulai menulis."

Mereka yang berpendapat demikian boleh jadi kita anggap sedang berkelakar. Lantaran tidak mungkinlah menangguhkan cita-cita sebagai penulis sukses sampai 15 tahun atau lebih. Dalam kasus soal banyak tidaknya membaca, juga bukan jaminan. Dan tidak harus menungggu dulu banyak bacaan, lantas menulis. Sebab aktivitas menulis dan membaca bagaikan dua  sisi mata uang logam. Saling isi mengisi dan jalin menjalin berkelindan.

Perlu disadari bagi kita semua, bahwa menulis merupakan pekerjaan olah pikir, olah rasa dan olah karsa serta olah karya yang terus menerus dan tidak terputus-putus. Suatu proses belajar yang tiada henti-hentinya.

Olah pikir, yakni kemampuan untuk memusatkan segenap pikian pada satu titik (konsentrasi). Dengannya kegiatan berpikir itu dilakukan secara benar, efektif dan efisien. Olah rasa, adalah kemampuan untuk mengendalikan hati serta perasaan secara bijaksana. Termasuk dalam hal ini kemampuan untuk mengobservasi lingkungan sekitar dan suatu peristiwa yang kita alami secara jernih. Olah karsa adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengelola kemauan dan cita-cita yang telah ditetapkan sejak awal. Dan, olah karya ialah kemampuan untuk berkarya. Berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline