Lihat ke Halaman Asli

Ign Joko Dwiatmoko

TERVERIFIKASI

Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Meditasi di Tengah Kemacetan Jakarta

Diperbarui: 18 Mei 2019   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meditasi bisa di mana saja bahkan dalam kota yang penuh kemacetan (suara.com)

 

Menjelang Waisak rasanya umat Budha akan sejenak melupakan hiruk pikuk kota terutama Jakarta dengan kemacetannya. Ojek online yang cenderung susah diajak kompromi jika harus tertib berlalu lintas dan tentu saja kebisingan malam bertambah saat anak dengan riang gembira membunyikan petasan sebagai cara untuk menyambut ramadhan.

Rehat Sejenak Menenangkan Pikiran

Harus bagaimana caranya bisa merehatkan pikiran, mengistirahatkan emosi dengan hiruk pikuk politik yang terus menyuarakan curang-curang sementara yang berteriak juga berbuat curang. Orang lebih banyak melihat orang lain, lebih senang menghakimi, lebih senang mengolok-olok orang lain daripada meneliti apakah diri sendiri sudah lebih bagus dari orang lain.

Makanya ketika Pemilu berlangsung riuh seperti tidak ada penyelesaian yang menguntungkan semua pihak, harus ada orang yang mau berkorban untuk mendamaikannya berdiri atau duduk di tengah-tengah guna membangunkan tubuh yang tidur lelap dalam maupun terlalu dalam dalam arus penghakiman terhadap orang lain. 

Jauh dalam jiwa manusia ada suara damai yang mendendangkan ketentraman. Dalam diam ada pencerahan dalam pencerahan ada kata-kata bijak tanpa harus merasa diajari. 

Suara itu akan datang ketika tubuh tenang, lepas dari kerumitan hidup di sekeliling. Mungkin itu juga yang dirasakan Siddhartha Gautama dalam pencariannya mencari kebajikan.

Dalam meditasi, keheningan batin dan jiwa bisa dirasakan bila ada kepasrahan menemima diri dan tidak takut akan banyaknya masalah-masalah dalam hidup. 

Keluarnya nafas dan kemudian hembusan udara yang masuk dari dalam ke tubuh manusia memberi kekuatan. Kekuatan itu tidak terukur. Semakin merendah, semakin merunduk hadirnya sang sabda yang terus memberi nafas kehidupan sehingga hawa ketenangan begitu meresap masuk dalam setiap edaran darah yang mengalir di seluruh tubuh.

Para pemimpin agama yang sudah melewati hijrah batin akan melihat betapa luasnya kebajikan dan betapa tenangnya menyikapi perbedaan. Sebab manusia memang ditakdirkan untuk berbeda antara satu dengan yang lain, tujuannya adalah untuk saling melengkapi bukan saling memotong atua saling jegal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline