Lihat ke Halaman Asli

Mimpi-mimpi Lintang

Diperbarui: 24 Februari 2018   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Maryamah Karpov adalah sebuah novel karya seorang penulis kelahiran Gantung, 24 Oktober 1967 yaitu Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata. Maryamah Karpov merupakan buku terkhir dari tetralogi Laskar Pelangi yang memiliki sub judul Mimpi-Mimpi Lintang. Di sini Andrea Hirata menjelaskan pertanyaan yang belum terjawab di tiga buku sebelumnya. 

Maryamah Karpov adalah judul yang diberikan Andrea Hirata untuk novel yang menghadirkan beberapa detail-detail fisika ini. Maryamah adalah Mak Cik yang pernah meminjam beras kepada Ibunya Ikal yang sering mengajari langkah-langkah catur ala Karpov. Tetapi novel ini tidak membahas tentang itu, Andrea Hirata memilih judul Maryamah Karpov sebagai seni sederhana sendiri miliknya.

Dalam Novel ini Andrea Hirata mengangkat tema pengorbanan cinta. Dimana Ikal (tokoh utama dalam novel ini) rela berjuang demi bertemu dengan A Ling, pujaan hatinya semasa remaja. Selain itu novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat Belitong yang belum di jelaskan di tiga buku sebelumnya yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor. Andrea juga menyelipkan tema persahabatan dan semangat juang untuk mewujudkan impian. Seperti pada perjalanan Ikal saat masih di Belitong hingga bisa melanjuutkan kuliah di Paris. Begitupun sahabat-sahabat Ikal yang terus bejuang mewujudkan mimpi mereka.

Bukti: "Matanya sendu menatapku. Ia terharu akan perjuanganku membuat perahu. Matanya berkaca-kaca." (halaman 173)

Dalam novel Maryamah Karpov, Andrea Hirata  menerapkan alur atau plot regresif atau sorot balik. Andrea Hirata menjelaskan kejadian dan konflik masa lampau dimana ia telah berada di masa sekarang.

Bukti :"sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang. Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis,bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa."(halaman 139)

Dimulai dari Ikal yang sangat merindukan A Ling sepulang ia dari Paris.

Bukti: ".... Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang melewati took itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu, sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Kemana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya." (halaman 106)

Kemudian konflikpun muncul saat ia tidak mendapatkan tikat kapal, lalu ia pun berinisiatif untuk membuat kapal.

Bukti : "pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar kemana-mana, dan aku dituduh sakit jiwa. Sampa-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak tahan berhari-hari dicela." (halaman 129)

Setelah itu konflik kian mnejadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline