Lihat ke Halaman Asli

Dullah PosmanBliord

Memberikan Informasi yang berharga

Mudahnya Mengatasi Corona Virus Seperti Membalikkan Telapak Tangan

Diperbarui: 17 Juni 2021   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Entah kapan Covid-19 berakhir. Varian baru bermunculan. Varian Inggris, India, dan  mungkin akan muncul varian Gunungkidul atau Samosir. Paling berbahaya kalau muncul   varian baru berupa kemiskinan akut, huru-hara tidak terhindarkan.

            Pemerintah mewajibkan pakai masker. Cuci tangan.  Jaga jarak, seperti sering tertulis di dinding belakang truk. Covid-19 terus membahana.  Orang bilang masker harus dua lapis. Ke depan mungkin harus berlapis-lapis. Jadinya mirip belalai.

Virus corona lebih kecil dari pori-pori masker medis.  Kata  epidemiolog, virus corona hanya  70 hingga 100 nano meter.  Lebih parah,  banyak beredar  masker kain biasa,  mungkin kain kelambu yang biasa digunakan mencegah nyamuk.  Yang penting tidak "dikhotbahi" petugas.

            Kalau saja pori-pori masker dibuat sebesar virus corona, apalagi lebih kecil, dan wajib dipakai, itu membuat orang terkapar. Bukan hanya virus yang tidak bisa masuk ke tubuh, tapi juga oksigen. Urusannya pasal pembunuhan.

           Umumnya     tiga "pintu masuk" virus corona ke dalam tubuh; mata, hidung, mulut. Dapat juga lewat bisul atau luka.   Hal itu sangat logis. Virus corona identik dengan udara, angin. Tidak punya alat congkel seperti maling. Dengan demikian, kalau pun  masker berlapis-lapis, yang terlindungi hanya hidung dan mulut. Jika di udara ada virus corona,  dengan mudah menempel di bola mata atau kulit yang terluka, dan masuk ke tubuh.

            Melihat hal-hal di atas, 3M nyaris sia-sia, jadi dongeng pelipur lara.  Dengan jarak ratusan meter, atau bahkan kilometer, kalau angin mengandung virus corona, seketika bisa terhirup. Belum lagi, mata, sebagai salahsatu "pintu masuk", tidak terlindungi.

            Berbeda dengan masker,  face shield yang umumnya terbuat dari  plastik putih bening tidak  berpori-pori.  Lebih dari itu,  face shield  melindungi mata. Kalau pun udara  terkontaminasi, droplet, paling-paling menempel di "kaca" fase shield. Tidak bisa masuk ke tubuh, baik melalui hidung, mulut, maupun mata. Sekali-sekali face shield dijemur, jadilah  ruspang,virus panggang.

**

            Tenaga medis, relawan, menggunakan APD Lengkap. Kepala dibungkus. Leher dibalut. Face shield di wajah. Masker menutupi hidung, mulut, bahkan dagu. Pakai sarung tangan,  telapak kaki dibungkus, pakaian  putih mulai dari leher hingga tumit kaki. Cantik, seperti alien.

            Faktanya, tidak sedikit tenaga medis, relawan, yang berbulan-bulan berinteraksi dengan pasien Covid-19, tanpa jaga jarak, tapi mereka tidak terpapar.  Virus corona tidak  masuk ke dalam tubuh mereka.. Semua "pintu" tertutup.  Kalau pun virus corona bisa nyelonong dari celah face shield dengan wajah, minimal tidak leluasa.

            Mengatasi "kenakalan" virus corona, supaya lebih yakin dan  lebih keren karena mirip astronaut: Pakai APD Lengkap, alat pelindung diri. Samakan dengan para tenaga medis.Wajibkan semua penduduk menjadi relawan. Tentu tidak baik dan tidak perlu melawan virus corona  dengan senjata nuklir,  Cukup dengan APD Lengkap. Minimal dengan face shield.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline