Lihat ke Halaman Asli

Marendra Agung J.W

TERVERIFIKASI

Urban Educator

3 Tahap Membangun Kondisi Pembelajaran yang Positif

Diperbarui: 10 Juni 2021   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay

Bagi para cagur, alias calon guru, tentu kita sudah mempelajari berbagai model dan konsep pembelajaran. Baik belajar melalui perkuliahan maupun belajar melalui buku-buku. Kendati demikian, ketika terjun langsung di sekolah / di kelas, kita akan menghadapi tantangan yang ajaib, tidak terduga dan cenderung di luar rencana.

Seiring berjalannya waktu, pengalaman bersentuhan langsung di kelas, akan membuat kita menemukan treatment yang cocok untuk kita gunakan di kelas. Untuk itu, dalam uraian ini saya akan berbagi formula yang menurut saya cocok untuk membangun suasana positif di kelas. Formula ini  dapat digunakan dalam pembelajaran di bidang mata pelajaran apa saja secara umum.

Uraian ini saya olah berdasarkan pengalaman dengan dibantu konsep  Psikologi Positif, Martin Selegmen. Setiap tahapnya akan berkaitan dengan gejala emosi positif.  Hal pokok dalam formula ini adalah menyiasati emosi siswa  ketika kita  menjalakan proses belajar mengajar ( pembelajaran)  di kelas.  Untuk itu, berikut ini adalah tiga tahap membangun kondisi pembelajaran  yang  positif di kelas.

1. Menebar euforia: rasa girang dalam kebersamaan

  Tahap pertama yaitu membangun kondisi pleasure.  Ini adalah momen untuk membangun kondisi yang menyenangkan siswa.  Pada dasarnya, ketika siswa senang, maka mereka akan nyaman untuk melanjutkan proses pembelajaran. Sebaliknya, ketika mereka takut, khawatir, dan terintimidasi, maka proses pembelajaran di kelas akan berlangsung tidak mengenakan.

Pada tahap awal ini, kita sebaiknya jangan hadir sebagai sosok yang "ditakuti" oleh siswa. Ya, terkadang pembawaan diri semacam itu dianggap membantu untuk situasi tertentu. Namun, secara psikis, kedepannya siswa akan sekedar patuh, namun tidak "rela" menerima apa-apa yang kita sampaikan di kelas.

Kondisi pleasure tersebut dapat kita bangun dengan hal-hal yang cenderung membuat siswa "euforia" dan girang. Gejala dari kondisi ini adalah keterlibatan siswa secara indrawi. Misalnya, setelah berdoa bersama, kita mengajak anak bergerak atau semacam senam kecil, bernyanyi, dan dapat pula sekedar membuat mereka tertawa.

Kita  dapat memutar video pendek motivasi. Artinya, jangan langsung mambawa siswa pada kegiatan yang sepenuhnya melibatkan kognisi( daya pikiran) mereka. Pada pelaksanaanya, kita akan memiliki bentuk kegiatan sendiri. Intinya siswa harus merasakan kesenangan terlebih dahulu setelah itu kita dapat lanjut ke tahap berikutnya.

 2 Memancing kepuasaan batin siswa

Tahap kedua yaitu membangun kondisi gratification. Tahap ini melibatkan emosi positif yang lebih dari sekedar kesenangan. Pada kajian psikologi positif, ini berkaitan dengan potensi atau "hal-hal" baik yang membuat individu merasa puas. Intinya, pada tahap ini kita mulai membangun suasana kelas yang membuat siswa akan merasakan kepuasan batin.

Kondisi perasaan yang disebut Seligmen dengan gratification ini, merupakan keniscayaan bagi individu  yang melakukan sesuatu dengan tujuan hati yang tepat. Pada kondisi ini, siswa melakukan sesuatu dengan sukarela dan senang hati. Dalam kondisi ini terjadi keterlibatan kognisi (daya pikir) yang lebih dominan ketimbang indrawi. Kondisi ini akan mendorong siswa untuk "ingin melakukan sesuatu "tanpa tekanan".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline