Lihat ke Halaman Asli

Sosioemosi si Kecil

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siswa SD, semakin bertambahnya umur, maka perkembangan sosial, dan pribadiny akan terus berkembang. Dengan perkembangan pribadi anak, mendorong anak untuk mendapatkan sebanyak - banyaknya teman. Dengan dikuasainya berbagai perangkat keterampilan fisik dan bahasa serta semakin berkurangnya ketergantungan anak terhadap orang tuanya mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya.

Dalam perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor - faktor yang mempengaruhi emosi anak yaitu perlakuan dan cara pengasuhan orang tua, kesesuaian bayi dengan pengasuh, tempramen bayi serta perlakuan guru di sekolah. Orang tua merupakan tempat anak mendapatkan pendidikan tentang bagaimana acara berperilaku. Sehingga orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosio-emosi anak. Pengalaman interaksi anak dengan orang tua akan menjadi dasar dalam pembentukan pola - pola sosioemosional anak.

Jika dalam suatu keluarga, anak diasuh oleh seorang baby siter, maka anak tersebut akan berinteraksi dengan pengasuhnya tersebut, dan otomatis sosial emosi anak banyak dipengaruhi oleh pengasuh tersebut. Ketidakcocokan pengasuh dengan anak, akan menyebabkan perilaku negatif terhadap anak, seperti anak sering mengalami stres, murung frustasi dan pasti selalu menyimpan rasa benci terhadap pengasuhnya tersebut.

Setelah anak berkembang dalam lingkungan keluarga, pasti dalam suatu keluarga anak menyekolahkan anaknya. Di suatu lembaga pendidikan, anak akan berinteraksi dengan guru, teman, serta staf yang ada di sekolah. Cara guru dalam belajar akan mempengaruhi sosioemosi anak. Penghalusan dan penajaman fungsi fungsi sosioemosi anak akan terus berlanjut disaat anak memasuki usia SD. Guru merupakan idola bagi muridnya, tetapi terkadang ada juga yang dianggap sebagai musuh, karena mungkin guru itu terlalu keras dalam mengajar.

Selain dari guru itu sendiri, sekolah seharusnya memfasilitasi perkembangan anak secara menyeluruh , karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memfasilitasi proses perkembangan anak secara menyeluruh. Di sekolah tidak hanya aspek pengetahuan yang harus diperhatikan , tetapi seluruh aspek termasuk aspek psikosial. Sebagai contoh yaitu guru harus membuat kondisi kelas seaktif mungkin , agar siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain, karena pengaruh teman sebaya merupakan pengaruh yang sangat berarti terhadap anak. Bisa saja guru membuat kelompok belajar agar anak dapat saling berbagai tentang ilmunya, dan pembelajaran akan lebih efisien.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline