Krisis limbah elektronik atau e-waste di Ghana, khususnya di kawasan Agbogbloshie di Accra adalah salah satu yang paling parah di dunia. Hal ini terjadi karena Ghana menjadi tujuan utama pengiriman e-waste dari negara maju. Menurut QAMP, negara-negara maju di Eropa mengekspor perangkat elektronik bekas ke Ghana karena biaya pembuangannya lebih murah dibandingkan dengan mendaur ulangnya di negara asal. Selain murah, regulasi e-waste di Eropa sangat ketat dan mahal, sementara di Ghana lebih longgar atau kurang diawasi. Meski mencemari pemandangan, limbah ini dimanfaatkan para warga Ghana, terutama yang tinggal di kawasan pembuangan.
Banyak warga di sekitar Agbogbloshie memanfaatkan e-waste sebagai sumber penghasilan, sehingga Accra, khususnya Agbogbloshie, menjadi pusat industri e-waste informal. Industri ini menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 95% dari total e-waste nasional. Para pekerja umumnya terlibat dalam berbagai proses seperti pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan ulang e-waste untuk mendapatkan komponen yang masih memiliki nilai jual. Meskipun tergolong sebagai sektor informal, industri e-waste di Ghana tetap menyumbang kontribusi ekonomi yang signifikan. Diperkirakan industri ini menyumbang sekitar 0,55% dari PDB Ghana. Namun, karena sifatnya yang informal, industri ini sering kali beroperasi tanpa regulasi yang memadai, meningkatkan risiko pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan bagi pekerja.
Meski menjadi sumber penghidupan warga setempat, dampak lingkungan dan kesehatan yang ditimbulkan oleh e-waste sangatlah berbahaya. Sebelum 2021, Agbogbloshie adalah pusat pengolahan e-waste secara informal dengan populasi sekitar 30.000 orang. Proses pengolahannya dilakukan dengan pembakaran dan pembongkaran, yang menyebabkan tanah terkontaminasi logam berat. Kandungan logam dalam tanah di area ini melebihi standar lingkungan internasional. Polusi dari praktik ini berdampak pada lebih dari 90.000 penduduk lokal serta konsumen produk makanan dari daerah tersebut, sementara pencemaran juga meluas ke Lagun Korle, yang kini menjadi salah satu perairan paling tercemar di dunia. Selain itu hal ini diperparah dengan pengerjaannya, para pekerja tidak menggunakan pengaman yang sesuai standar minimum, sehingga meningkatkan risiko terpapar bahan berbahaya seperti timbal, merkuri, dan kadmium.
Oleh karenanya, permasalahan ini dapat dikategorikan sebagai ancaman non-tradisional dalam bidang keamanan manusia (human security) bagi Ghana. Menurut Mahbub ul Haq & UNDP, keamanan manusia adalah perlindungan individu dari ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit, dan represi serta dari gangguan tiba-tiba yang membahayakan kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, e-waste di Ghana dapat menyebabkan krisis pangan akibat tercemarnya sumber pangan baik nabati maupun hewani, sehingga ketersediaan pangan semakin tipis. Kemudian hal ini juga berdampak buruk pada pernapasan dan pencernaan manusia, yang dapat meningkatkan angka penyakit kronis di kalangan masyarakat. Tidak menutup kemungkinan, masalah e-waste juga berpotensi memperlebar jarak sosial antara kelompok masyarakat yang terdampak langsung dengan kelompok yang memiliki akses lebih baik terhadap lingkungan sehat dan layanan kesehatan, sehingga memperburuk ketimpangan sosial di Ghana. Pemerintah Ghana memahami dampak negatif daur ulang e-waste, tetapi belum memiliki kebijakan yang kuat untuk mengaturnya.
Secara keseluruhan, krisis e-waste di Ghana, khususnya di Agbogbloshie, mencerminkan dampak serius dari praktik pembuangan e-waste global yang tidak berkelanjutan. Meskipun industri ini memberikan manfaat ekonomi bagi sebagian masyarakat Ghana, dampak buruknya jauh lebih besar, terutama terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Tanah, air, dan udara yang terkontaminasi logam berat, serta meningkatnya risiko penyakit akibat paparan bahan beracun, menunjukkan perlunya regulasi yang lebih ketat. Selain itu, e-waste memperburuk ketimpangan sosial dengan meningkatkan kerentanan kelompok masyarakat yang bergantung pada sektor informal ini. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih komprehensif, termasuk integrasi sektor informal ke dalam sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan, guna mengurangi dampak buruk sekaligus tetap mempertahankan aspek ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas ini.
DAFTAR PUSTAKA
Canavati, A., Toweh , J., Simon, A. C., & Arbic, B. K. (2021, February 23). The world's electronic graveyard: What is the solution to Ghana's e-waste dilemma? [Review of The world's electronic graveyard: What is the solution to Ghana's e-waste dilemma?].
Dodd, M., Amponsah, L., Grundy, S., & Darko, G. (2023, February 28). Human health risk associated with metal exposure at Agbogbloshie e-waste site and the surrounding neighbourhood in Accra, Ghana [Review of Human health risk associated with metal exposure at Agbogbloshie e-waste site and the surrounding neighbourhood in Accra, Ghana].
Ginting, G., Susiatiningsih, R., & Hanura, M. (2022). Ekspor Limbah Elektronik dari Beberapa Negara Eropa ke Ghana dalam Perspektif Imperialisme Ekologi [Review of Ekspor Limbah Elektronik dari Beberapa Negara Eropa ke Ghana dalam Perspektif Imperialisme Ekologi].
Grant, R., & Oteng-Ababio, M. (2021). Formalising E-waste in Ghana: An emerging landscape of fragmentation and enduring barriers. Development Southern Africa, 38(1), 73--86. https://doi.org/10.1080/0376835x.2020.1823822
IPDForum. (2022, December 16). Melawan Ancaman Keamanan Nontradisional. Indo-Pacific Defense Forum; Indo-Pacific Defense Forum. https://ipdefenseforum.com/id/2022/12/melawan-ancaman-keamanan-nontradisional/