Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeolog Mengajak Pramuka Cinta Cagar Budaya dan Museum

Diperbarui: 23 Agustus 2020   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggota pramuka belajar ekskavasi arkeologi (Foto: babelprov.go.id)

Cagar budaya atau tinggalan purbakala merupakan milik kita bersama. Untuk itu kita tidak boleh merusak, mencuri, atau melakukan hal-hal negatif. Justru kita harus melestarikan atau merawat cagar budaya itu.

Cagar budaya ada yang berbentuk besar dan ada yang berbentuk kecil. Kalau berbentuk besar akan dilestarikan di tempat asalnya, sebagai contoh Candi Borobudur. Namun kalau berbentuk kecil akan dilestarikan di dalam museum. Cagar budaya berbentuk kecil antara lain keramik, senjata, dan mata uang.

Kita memiliki berbagai golongan masyarakat. Harapan terbesar sebagai masyarakat pelestari berada di pundak komunitas atau pramuka. Soalnya gerakan pramuka berada di seluruh Indonesia dalam jumlah besar. Aktivitas mereka pun dinilai banyak yang positif.

Untuk itulah Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia atau populer disingkat IAAI Komisariat Daerah Jabodetabek menyelenggarakan Bincang Asyik bertopik Pramuka untuk Cagar Budaya dan Museum. Kegiatan berlangsung pada Sabtu, 22 Agustus 2020 secara daring. 

Tampil sebagai pembicara Kak Berthold Sinaulan (Arkeolog, Kwarnas Pramuka), Kak Mis Ari (Museum Kebaharian), dan Kak Chaidir Ashari (Arkeolog, Dosen UI). Sebagai pemantik Kak Feri Latief, seorang fotografer.

Pramuka ikut kemah budaya (Foto: rmoljateng.com)

Cagar budaya

Menurut Undang-Undang Cagar Budaya 2010, Cagar Budaya terdiri atas Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya. 

Cagar budaya itu berada di darat dan di air. Karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan, cagar-cagar budaya itu perlu dilestarikan.    

Lalu kenapa harus dijaga dan dilestarikan? Menurut Kak Berthold, karena kita dapat belajar banyak hal. Kita dapat mengetahui budaya kita dan menumbuhkan kebanggaan kita sebagai bangsa yang besar, bangsa yang telah memiliki sejarah sejak zaman prasejarah (masa sebelum dikenalnya sumber tertulis). 

Kita juga dapat belajar tentang kelebihan yang ada di masa lalu, untuk kita pertahankan dan bahkan kita tingkatkan kelebihan itu. Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kesalahan di masa lalu, agar kita tak mengulangi kesalahan yang sama.

Pramuka Sawahlunto di Museum Goedang Ransoem (Foto: harianhaluan.com)

Untuk memperkuat kecintaan pramuka terhadap cagar budaya, tambah Kak Berthold, Gerakan Kepanduan Sedunia (WOSM) bekerja sama dengan UNESCO membentuk Patrimonito, yakni program pendidikan warisan dunia untuk peserta berusia 15-26 tahun. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline