Lihat ke Halaman Asli

diva rabiah

mahasiswi jurnalistik

Alasan Taylor Swift Bukanlah Musisi Medioker

Diperbarui: 25 Oktober 2023   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Instagram/taylorswift.com

"Yah medioker lah" jawab ayah saya setelah mendengar beberapa lagu dari album Speak Now. Opini beliau cukup mencederai hati saya sebagai seorang Swifties. Taylor Swift ramai didengarkan oleh kalangan remaja SMP-SMA kala itu, sekitar tahun 2014 - 2015 an. 

Ketiga album pasca debutnya laris di pasaran. dari Fearless, Speak Now, Red, hingga 1989. Bisa-bisanya ayah saya menganggap penyanyi genius ini sekedar pencipta musik medioker.

Hampir 10 tahun berlalu. Kini idola sejuta ummat itu telah terbang tinggi. Sejak drama di internet yang dimulai oleh Kanye West yang 'membunuhnya' Taylor membuktikan dengan bangkit kembali di tahun 2017 melalui album Reputation. 

Kini Album Midnights mencetak prestasi-prestasi yang belum pernah dicapai musisi manapun di dunia. Top ten Billboards dipenuhi oleh lagu-lagunya dari album yang sama. Ia juga berhasil merekam ulang karya-karyanya yang  dicuri oleh Scooter Braun.

Sekitar 7 tahun berlalu, saya mencoba mencari titik kritis dimana poin medioker dari seorang Taylor Swift.  berikut beberapa poin dari analisis saya, Mayoritas fans Taylor Swift adalah remaja yang dianggap memiliki selera musik kurang bagus. 

Biasanya remaja hanya mengidolakan musisi yang good looking tapi tidak bisa menyanyi. Beberapa  musisi muda juga tidak begitu pintar menulis lirik. Menurut ayah saya, lagu-lagu Taylor Swift terdengar seperti: "i have a crush on you, i love you forever, atau i hate you" yang berulang-ulang.

Sayangnya, sejak dahulu Taylor cukup cerdas dalam mencipta lirik dan kalimat. Menurut saya Taylor adalah pemain retorika kata yang cantik. keindahan aspek kesastraannya dituangkan habis-habisan dalam album Folklore dan Evermore. bahkan, beberapa kampus taraf dunia baru-baru ini membuka mata kuliah literatur dan psikologi Taylor Swift seperti Stanford, Ghent University, NYU, University of Arizona dan lain-lain.

Bagi Swifties, Taylor selalu memiliki lagu untuk dinyanyikan dalam segala situasi. Bahkan situasi yang tidak terbayangkan sama sekali. Jauh dari sekadar kesan cinta masa SMA atau gagal move on. Sepertinya menjadi tokoh publik membuat Taylor tak segan menuangkan segala unek-uneknya, dari percintaan, pengkhianatan, perselingkuhan, kesetaraan gender, hingga kondisi politik AS.

Buat pembaca yang masih menganggap Taylor musisi medioker. Saya menyarankan untuk mendengarkan beberapa lagu berikut dan mempelajari maknanya.

Wonderland-1989

Call it What You Want-Reputation

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline