Lihat ke Halaman Asli

Dita Utami

ibu rumah tangga

Melebih-lebihkan adalah Hal Tak Baik Bagi Kita

Diperbarui: 24 September 2021   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cnn indonesia

Mungkin diantara kita masih ingat pada peristiwa penyerangan di Mabes Polri pada akhir Maret lalu. Penyerangan ke kantor induk kepolisian Indonesia itu di lakukan oleh pelaku perempuan bernisial ZA yang masih berusia 25 tahun mengagetkan banyak orang karena sebelumnya terjadi pengeboman di gereja Katedral Makassar. Karena penyerangan itu ZA langsung tewas di tempat , ditembak aparat.

Setelah diusut lebih lanjut diketahui kemudian ZA dibesarkan di keluarga moderat dan berhubungan baik dengan kerabat dan tetangganya, baik ibu, ayah dan saudaranya. Hanya saja ZA diam-diam memiliki pandangan tersendiri terhadap hidup dan agama yang mereka anut.

Hal itu diketahui melalui surat wasiat yang dibuat oleh ZA yang ditujukan kepada keluarganya. Dalam surat wasiat itu, ZA meminta maaf atas keputusannya dan mengemukakan beberapa pesan. Semisal mengingatkan ibunya untuk jangan ikut lagi dalam program pemerintah (semisal aktif di Dama/PKK atau Pemilu). Dia juga mengingatkan untuk tidak menyimpan uang di bank karena itu adalah riba.

Keputusan ZA untuk melakukan penyerangan dan semua faham yang menyertai kepercayaan agamanya itu tentu saja mengagetkan keluarganya karena selama ini ZA dikenal pendiam. Faham ini mengantarkannya untuk melakukan tindakan ekstrem yaitu melakukan penyerangan terhadap Mabes Polri.

Motivasi terkuat dari ZA untuk melakukan penyerangan adalah faham fanatisme yang dimilikinya sendiri lepas dari keluarga. Kemungkinan besar ZA memiliki dan belajar agama secara salah melalui media internet. Hal itu terlihat karena tidak ada satu orang dalam keluarga itu yang punya pandangan seperti ZA.

Beberapa literatur mengatakan bahwa ketika seseorang bersikap fanatik secara berlebihan terhadap agama yang dianutnya maka dia cenderung punya pandangan sempit dalam agama. Penerjemahan sikap dalam kehidupan juga sempit, semisal larangan ZA terhadap ibunya yang giat di dama (dasa wisma- sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan yang banyak melibatkan kaum ibu) adalah sesuatu yang sulit dimengerti. Tak ada yang salah dengan dama atau ikut Pemilu- seperti hal nya masyarakat lain. Kegiatan itu juga tidak melanggar nilai dalam agama.

Jadi, tetaplah penuhi norma dan nilai agama tanpa harus berlebih-lebihan atau melebih-lebihkan. Terbukti fanatisme tidak cukup sehat dan tidak cukup baik untuk kita semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline