Lihat ke Halaman Asli

Dismas Kwirinus

-Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Pantun sebagai Tradisi Lisan dan Virtual Space

Diperbarui: 9 November 2020   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bangsa Indonesia kaya akan keberagaman budaya, kesenian, kerajinan dan bahasa daerah. Kenyataan itu membuat bangsa Indonesia menjadi sangat unik dan menarik baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara. Salah satu cara masyarakat Indonesia mengungkapkan keindahan dan kekayaan bangsa ialah dengan melestarikan kesenian dan tradisi.

Wujud nyatanya bisa dalam bentuk tari-tarian, musik daerah, kesenian tenun ikat, bercerita -- berpantun dan lain-lain. Secara khusus di Kalimantan Barat cara masyarakat melestarikan kekayaan budaya dengan tradisi lisan. Tradisi lisan sesungguhnya merupakan pintu pertama untuk memahami kehidupan orang Dayak. Pemahaman yang benar terhadap tradisi lisan, berarti menuntun pihak yang berkompeten untuk menemukan dan menarik kesimpulan yang objektif. 

Pemahaman itu untuk menghindari peminggiran dan perlakuan yang tidak semestinya, bahkan pemusnahan terhadap nilai-nilai kehidupan kelompok masyarakat suku tertentu.

Bagi masyarakat Dayak tradisi lisan tidak hanya berupa cerita, tetapi juga bisa dalam bentuk pantun. Pantun merupakan tradisi lisan yang bukan termasuk cerita. Pada masyarakat Dayak pantun dikenal bersajak, a -- b -- a -- b atau a -- a -- a -- a, dua baris sampiran dan dua baris berupa isi. Pada acara belian (pengobatan tradisional pada suku Dayak) biasanya dinyanyikan dengan iringan sebuah gong atau ketobong (sejenis gendang kecil yang di bawa dengan memakai tali dikaitkan pada bahu). Berikut ini contoh pantun dalam bahasa Dayak Desa:

Buah manis buah ramai

Masae bebuah musim menebas

Bila pedeh kerena diutik utai

Rancak dipulah untuk pembibas

Artinya:

Ada sejenis pohon buahnya rasanya manis, kemudian masa berbuah pada saat pekerjaan ladang atau pertanian menebas, bila seseorang sakit karena gangguan dari makhluk alam yang jahat, maka manusia memberikan sejenis persembahan agar jangan menganggu lagi. Ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa dengan persembahan itu roh penganggu dapat berdamai dengan manusia. Ujud dari perdamaian itu adalah persembahan yang disampaikan.

Pantun yang bersajak, a -- a -- a -- a, yang juga dikenal oleh masyarakat Dayak Desa misalnya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline