Lihat ke Halaman Asli

Dani Iskandar

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Titipan

Diperbarui: 9 Februari 2018   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dari kecil hingga dewasa pasti kita pernah dititipin sesuatu oleh orang lain, baik itu barang, benda maupun dalam bentuk pesan atau wasiat. Waktu kecil mungkin ibu kita dahulu pernah menyuruh kita ke warung untuk membeli gula, telur, minyak goreng atau apa pun kebutuhan sehari-hari. Tentu hal ini dialami oleh anak-anak yang hidupnya di perkampungan atau yang rumahnya terletak bukan di perumahan yang tidak ada warungnya. Kalau anak-anak yang tinggal di apartemen atau perumahan yang warganya tidak punya warung pasti tidak pernah mengalami hal demikian. 

Ketika si anak tadi disuruh oleh ibunya untuk membeli gula sekilo atau disuruh bapaknya beli rokok sebungkus pasti anak tadi dititipi duit untuk berbelanja. Maka sesampainya di warung, si anak tadi kembali dititipi barang belanjaan dan uang kembalian jika ada. 

Apa yang dilakukan oleh si anak kecil tadi dengan semua yang dititipi tadi, tentulah ia jaga uang untuk berbelanja itu jangan sampai hilang atau tercecer dan barang yang dibeli itu jangan sampai jatuh, rusak, berkurang atau hilang ketika sampai ke ibu atau bapaknya yang menyuruhnya. Menjaga titipan ini penting dan dapat melatih diri kita untuk disiplin.

Suka Duka Mendapat Titipan

Biasanya sudah menjadi kodrat kita, ketika ada hal yang memberikan kesenangan pada kita, kita bahagia, senang, bahkan memuji dan bisa-bisa menghamba bagi yang memberikan kesenangan tersebut. Tetapi pabila kita mendapatkan kerugian, wah kita sedih, marah, bahkan mengumpat yang menyebabkan masalah tersebut. Ketika si bocah tadi, disuruh ibunya ke warung untuk beli kelapa parut kemudian uang kembaliannya diperbolehkan ibunya untuk beli permen atau diambil untuk jajan, betapa senangnya si bocah tadi, kalau bisa dalam sehari disuruh berkali-kali pun dia mau. 

Permen atau uang kembalian tadi dianggap si bocah sebagai ganjaran, upah, hadiah untuk dirinya yang telah menjaga amanah ibunya, yaitu belanja ke warung dan membawa kelapa parut itu ke ibunya. Disini sebuah proses panjang dalam menjalankan amanah sebenarnya terjadi jika kita mau memahaminya, meskipun hanya sebuah kejadian kecil bahkan sepele. Duit diterima, dijaga, diberikan ke pemilik warung, kelapa diparutkan, dibungkus, dibawa ke ibunya. 

Banyak kejadian bisa terjadi dalam proses belanja ini, duitnya kurang, apa yang harus dilakukan anak kecil ini, kembali? Diberi kemurahan si pemilik warung? Dipesenin agar bilang ke ibunya duitnya kurang tetapi kelapa tetap dikasi? Dan berbagai kemungkinan lainnya. Setelah kelapa diterima, berbagai kemungkinan lain pun bisa terjadi, terjatuh, tertinggal, kelapanya ketuaan, kemudaan, kurang dan harus balik lagi dan sebagainya. Jadi berbagai hal bisa terjadi saat menerima titipan.

Bagaimana dengan tukang parkir? Ya, kita bisa lihat kerja mereka. Bagi tukang parkir yang amanah, mereka pasti bekerja dengan benar. Sibuk mengarahkan kendaraan yang akan parkir hingga pas posisinya. Menyediakan uang kembalian untuk si pengendara yang uangnya besar. Dan ikhlas menjaga kendaraan baik motor maupun mobil yang dititipin. Bahkan di beberapa tempat parkir, si abang tukang parkir menutup jok motor dengan kardus saat teriknya matahari. 

Itu tukang parkir yang benar. Pasti mereka lebih banyak merasakan kesukaan dibanding kedukaannya. Bandingkan dengan tukang parkir yang hanya mengejar setoran. Pengendara dengan susah payah memarkir kendaraannya sendiri. Bahkan jika yang diparkir motor, letaknya malang melintang, kebaret-baret, helm hilang, helm retak karena jatuh, atau benda-benda yang hilang yang diletakkan di laci motor. Ketika si pengendara hendak pergi, tiba-tiba si tukang parkir muncul dari pulau antah berantah, priiitt.

Begitulah ulah si tukang parkir siluman ini. Tentu yang begini lebih banyak menerima caci maki dan kemarahan pemilik kendaraan. Disini kita bisa lihat mana yang amanah menjaga titipan mana yang tidak. Lalu bagaimana dengan tukang parkir yang bisa mendapatkan nilai tambah dengan motor atau mobil yang dijaganya? 

Dengan mencucikan kendaraan yang dititipkan padanya. Nah, ini adalah tukang parkir yang bisa menyenangkan hati pemilik kendaraannya. Mobil yang dititipkan aman, pulang kerja atau shopping, mobil kinclong. Tentu si pemilik kendaraan akan dengan senang hati memberikan tip lebih dari sekedar uang parkir. Begitulah kita dalam menjaga titipan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline