Lihat ke Halaman Asli

Dani Iskandar

Menulis itu berbagi pengalaman dan menginspirasi http://menulismenulislah.blogspot.co.id

Orang Tua, Mengertilah ...

Diperbarui: 11 Juni 2016   15:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, nek rendo, salah satu orang tua di kampung kami, ramadhan ke-6 ini, meninggal dunia. Seminggu sebelum puasa aku sempat masuk ke dalam rumahnya, kudapati nenek rendo, kurus, terbaring sakit, tak bisa bergerak, diatas tempat tidur dikamar depan. Di rumah itu hanya ada 2 anak kecil yang menjaganya seumuran kelas 3 dan 5 SD. Tidak ada orang lain, hanya mereka bertiga. Sang nenek ternyata baru tersungkur jatuh dari kursi di ruang tamu yang menyebabkan patah tangan dan kakinya. Kami, tetangganya, hanya tau kalau nenek ini sakit-sakitan karena diabetes tapi tidak tau kalau beliau bulan kemarin jatuh. Setelah ngobrol dengan beliau ternyata tangannya sudah mulai bisa digerakkan tetapi paha ke kakinya masih sakit, maklum nek rendo sudah berusia 75 tahun. Setelah saya ceritakan keadaan ini kepada ibu saya, ibu saya bilang kalau nenek ini tidak mau ikut dengan anak-anaknya. Semua sudah berkeluarga, ada menantunya seorang camat, dua anak lakinya seorang kontraktor dan pegawai samsat. Semua berkecukupan.

Nek rendo adalah satu dari sekian banyak kasus orang tua yang tidak mau tinggal bersama dengan anaknya yang telah saya temui. Seringkali orang mengatakan, bahkan kita dituntut untuk menghormati dan menyayangi, bahkan mengasuh orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Disini kita tidak bicara anak yang durhaka yang menelantarkan orang tuanya atau orang tua durhaka yang membuang dan menelantarkan anaknya.
Disini kita bicara hubungan antara anak yang baik dan orang tua yang baik dalam keadaan normal. Ternyata tidak mudah bagi kita untuk berbakti, mengurus dan mengasuh orang tua kita sendiri. Bahkan kalau boleh saya katakan lebih gampang mengasuh 10 bayi atau anak dari pada mengasuh 1 orang tua.

Di medsos pun kita seringkali menemukan cerita-cerita orang tua yang terlantar dibuat anaknya atau anjuran untuk mengurus orang tua kita. Tetapi seringkalo yang saya temukan bahwa para orang tua tidak mau diurus oleh anaknya, tidak mau ikut anaknya, tidak mau diurus anaknya. Mereka lebih memilih hidup sendiri, bebas, ga mau diatur anaknya. Beberapa kali saya menemukan teman, tetangga yang kehilangan bapaknya, ibunya, mencari kesana kemari, tau-tau sudah diantar pulang orang lain. Di angkot kita sering mencibir, menyalahi anak dari seorang nenek yang naik angkot sendirian. Kemana sih anaknya ini, orang tua kok dibiarin jalan sendirian, begitulah kira-kira. Padahal boleh jadi anak dan cucunya malah dimarahi oleh si nenek untuk tidak mengekangnya, melarangnya pergi-pergi.

Jika seorang anak menangis kita bisa langsung mengatasinya, apakah karena sakit, permintaannya ga dipenuhi, berantem dengan saudara atau temannya, dan lainnya, ga butuh waktu lama kita bisa atasi. Tetapi kalau orang tua ngambek, habis lah kita. Salah cakap, tersinggung. Salah persepsi, ngambek. Bukan ngomongin dia, dia tersinggung. Perasaan yang bermain. Kita ga tau bagaimana mengambil hati orang tua kita ini, dibawa jalan ga mau, tapi jalan sendiri ga boleh dilarang. Kita takut kenapa-kenapa di rumah sendiri tapi ikut dengan kita ga mau.

Beberapa orang yang mencoba berbakti pada orang tuanya dengan mengalahkan semua kepentingannya pun seringkali tidak membuat hubungan anak dengan orang tua harmonis. Sang anak pindah rumah, resign kerjaan demi orang tua seringkali orang tua juga tidak mau serumah dengan anaknya. Belum lagi tidak cocok dengan menantu dan cucu.

Orang tua adalah makhluk keramat. Kita harus berbakti padanya sebagaimana mereka dulu mengasuh kita. Tetapi orang tua juga harus mengerti dengan keadaan anak. Orang tua dan anak memiliki perbedaan latar belakang, berbeda pengalaman, berbeda cara pandang, berbeda zaman. Saat mereka mengasuh kita pastilah berbeda dengan cucu nya. Kita anaknya baik, cucunya cuek, ya harus bisa menerima. Kita anaknya baik, menantunya yang orang lain cuek, ya harus bisa menerima. Tetapi dengan menyendiri, mengurus diri sendiri tanpa mau diatur oleh anak-anaknya tentu bukan solusi juga. Masyarakat menyalahkan anak-anaknya. Sudah sukses lupa sama orang tua, sudah jadi pejabat orang tua ditelantarkan. Mungkin saja memang orang tua nya yang memang ga mau ikut. Kata-kata "tidak mau menyusahkan anak" ini yang terkadang suka diartikan tidak mau diurus sama anak, mau bebas. Sejauh mana sih kebebasan kita? Begitu jatuh di kamar mandi, tersungkur di malam gelap, siapa yang akan menolong kalau tidak anak keluarga kita juga.

Kita tidak akan bisa mengubah prilaku orang tua kita. Saya cuma bisa berdoa semoga kelak ketika menjadi orang tua kita tidak menyusahkan anak cucu kita, aamiin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline