Lihat ke Halaman Asli

Dimas Jayadinekat

Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Haruskah Generasi Strawberry Selalu Disalahkan? Ini yang Harusnya Kita Cermati Bersama

Diperbarui: 9 Juni 2025   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haruskah Generasi Strawberry Selalu Disalahkan? Ini yang Harusnya Kita Cermati Bersama, foto: Foto oleh Efrem Efre : pexels.com

Istilah generasi strawberry makin sering terdengar. Julukan ini disematkan pada generasi muda yang dianggap lembek, mudah patah semangat, dan terlalu sensitif terhadap kritik. Seperti buah strawberry: tampak cantik, tapi hancur hanya dengan sedikit tekanan.

Namun, pertanyaan pentingnya: mengapa mereka, para generasi strawberry  seperti itu? Apakah benar semua salah mereka?

Sebelum buru-buru menghakimi, mari kita ingat satu hal: setiap generasi adalah hasil dari generasi sebelumnya.

Kita mengenal pembagian generasi secara umum:

  • Baby Boomers (1946--1964): pekerja keras, loyal, dibentuk oleh pasca-perang.

  • Generasi X (1965--1980): mandiri dan skeptis, tumbuh di tengah perubahan sosial.

  • Generasi Milenial (1981--1996): adaptif, haus makna, dan awal melek digital.

  • Generasi Z (1997--2012): lahir di era digital, multitasking, tapi rentan stres.

  • Generasi Alpha (2013 ke atas): generasi anak-anak yang saat ini dibesarkan oleh milenial, di tengah kecanggihan teknologi dan AI.

Istilah generasi strawberry biasanya disematkan pada Gen Z dan sebagian milenial akhir. Mereka tumbuh dalam era ketika kenyamanan dan kemudahan menjadi norma, bukan kemewahan. 

Tapi, yang sering dilupakan adalah: merekalah generasi yang paling banyak dilindungi dan dimanja oleh orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline