Lihat ke Halaman Asli

Dimas Anggoro Saputro

Engineer | Content Creator

Harapan: Ramadan, Harga Bahan Baku Stabil

Diperbarui: 7 Mei 2019   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahan baku di pasar (google.com)

Bulan ramadan. Bulan yang dirindukan bagi sebagian besar umat muslim di dunia pada umumnya, di Indonesia pada khususnya. Bagaimana tidak, dalam kepercayaan agama Islam, bulan ramadan merupakan bulan dengan banyak keistimewaan. Mulai dari digandakannya pahala ibadah hingga 'mistery' pahala puasa.

Masjid seketika menjadi 'ramai' orang berlomba-lomba beribadah hingga berjualan di sekitarnya. Para takmir masjid pun mengagendakan berbagai kegiatan untuk mengakomodir para jama'ah dalam beribadah. Masjid tak luput bersolek untuk mempercantik diri agar banyak yang tertarik kepadanya.

Lalu, petasan. Ah, itu yang ditunggu-tunggu sewaktu aku kecil dulu. Bermain petasan di saat yang lain sibuk beribadah shalat tarawih. Atau selepas sholat tarawih, aku dan teman-teman segera mengeluarkan jurus langkah seribu dari dalam masjid. Ramadan selalu kami nanti-nanti. Apalagi kalau tidak memiliki waktu bermain yang lebih panjang? Ditambah pasti libur sekolah!

Harapanku, kini

Itu dulu, harapan ramadan saat aku masih kecil. Kini, harapan itu telah sirna. Bukan berarti aku tak memiliki pengharapan di bulan ramadan. Namun, harapan silih berganti, menyesuaikan situasi dan kondisi. Begitu bukan?

Harapanku pada umumnya sama dengan orang kebanyakan, meningkat kualitas ibadahnya di bulan ramadan. Syukur-syukur bisa dipertahankan selepas ramadan hingga dipertemukan kembali dengan ramadan.

Harapan terkhusus di bulan ramadan adalah semoga harga bahan baku stabil. Sesederhana itu! Tidak menafikkan, bahwa menjelang ramadan, hingga menjelang lebaran adalah momentum untuk mereka para tengkulak hingga penjual bahan baku mendapatkan 'kenaikan gaji'. Mereka pun juga berhak 'menuntut' kenaikan gaji, selaiknya buruh.

Tetapi, ketahuilah wahai tengkulak, bahwasannya di bulan ramadan aku tidak mendapatkan kenaikkan gaji. Lebaran mendapat tunjangan? Ya, itu bagi para pegawai ataupun karyawan. Bagi seorang ojol bin freelancer sepertiku, tunjangan hanyalah sekadar harap. Tapi harapan itu telah menemukan titik terang setelah Kompasiana memberikan THR untuk kami.

"Jangan lelah untuk berharap, karena harapan selaiknya mimpi. Kita akan mati jika tak memiliki harapan."

Menyikapi kenaikan harga bahan baku

Mau dikata apa, nasi sudah menjadi bubur. Mau menggerutu sampai jungkir balik pun harga bahan baku sudah melonjak!

Untukku pribadi, tak menjadi masalah yang memusingkan. Tetapi bagi bendahara binti istriku, hal tersebut membuat kepala pening tujuh keliling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline