Lihat ke Halaman Asli

Dila AyuArioksa

Motto Lucidity and Courage

Rey Diduga Menderita Kelainan Otak karena Sering Memendam Emosi

Diperbarui: 7 Agustus 2020   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indoprogres.com

Hari ini seorang teman di tempat kerja sedang berkeluh kesah. Selama satu minggu ini dia bolak balik ke rumah sakit. Rey adiknya tak kuat berdiri, hingga  harus dirawat di rumah sakit. 

Malangnya, pihak rumah sakit mentransfer ke RS pusat di kota Jakarta. Maklum di rumah sakit yang kemaren, alat kesehatannya belum memadai. Keadaan Rey sampai sekarang belum sadar diri.

Berawal dari sakit maag berlanjut ke asam lambung. Sekarang dokter menduga Rey menderita kelainan pada otak. Sebuah berita yang tak pernah diduga. Seakan badai menerpa keluarga teman saya itu. Rey adalah anak remaja yang aktif bermain dan belajar. Saking aktifnya Rey kadang menghabiskan waktu bermain bulutangkis sampai tengah malam. Meskipun kedua orangtuanya sudah melarang keras.

Kebiasaan Rey tersebut dilakukan setiap harinya, hingga dia lupa untuk makan. Diumur nya masih beranjak selangkah dari masa anak-anak Rey kadang sibuk dengan dunianya sendiri dan teman-teman nya. Sekarang keadaan Rey hanya berbaring dan dibantu oleh silang infus, jarum suntik, pispot dan terbaring lemas diruangan UGD.

Idn.times

Pihak keluarga hanya bisa berdoa dan berharap pada yang maha kuasa. Diantara sadar dan tidak sadar Rey mengingau banyak hal. Dari mata pelajaran, memanggil nama keponakan kesayangannya, memanggil kakaknya terakhir mengingau tentang minuman botol. 

Dan tiga nama  teman yang sering bersamanya.  Namun dari gigaun itu Rey terlihat kesal dan marah semua campur aduk.

Keluarga pun mulai binggung. Sampai akhirnya kakaknya menyadari bahwa Rey adalah orang yang tidak mau berbagi air minum satu botol karena dia tipekal orang yang jijikan. Meskipun itu bekas minuman orang tua ataupun saudaranya sendiri.

Kemudian sang kakak menemui ketiga nama yang sering disebut oleh adeknya itu. Akhirnya terjadilah pertemuan antara kakak dan ketiga bocah. 

Tak ada emosi hanya mencari solusi. Dengan tenang kakak bertanya pada bocah yang telah menyakiti perasaan adeknya itu. 

Dialog panjang pun terjadi hanya untuk kebaikan Rey kedepannya. Dari dialog terbukti bahwa Rey sudah tertekan dengan perlakuan temanya, dan temannya itu mengakui bahwa Rey anak yang baik dan takut kehilangan.

Melalui rekaman dari hp mereka bertiga minta maaf pada Rey yang masih setengah sadar. Penyesalan muncul ketika musibah telah hadir. "aku merasa bersalah telah memaki Rey ketika dia berbuat kesalahan" ucap ibunya, kuharap kau jangan pernah memarahi anakmu. Itu selalu pesan yang disampaikan ibu Rey kepada anak-anakya yang sudah menjadi orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline