Lihat ke Halaman Asli

Dihan saidul Yamin

@saidulyamin

Masa Lenong Betawi Kian Sirna

Diperbarui: 29 Juni 2022   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di zaman yang serba cepat ini, sesuatu bisa kita dapatkan dengan mudah hal-hal baru mulai bermunculan. Akibat tuntutan zaman kita terkadang kita lupa akan jadi diri, identitas sebagai warga negara indonesia. Fokus kita teralihkan oleh budaya-budaya asing yang di anggap kekinian dan modern. Mulai dari bahasa, musik, pakain, bahkan budaya nya. 

Padahal Indonesia juga memiliki beberapa jenis kesenian di setiap daerahnya yang tidak kalah menarik, salah satunya adalah Lenong Betawi. Kesenian lenong merupakan salah satu seni budaya yang mengekspresikan berbagai kenyataan dalam masyarakat dan berperan pula dalam media komunikasi.

Kesenian lenong Betawi sendiri selain berfungsi sebagai media hiburan, juga berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasi pesan yang biasa terjadi dimata masyarakat. 

Di dalam perjalanannya kesenian ini merupakan hasil dari proses akulturasi dan interaksi sejak awal yang banyak dipengaruhi oleh budaya cina, arab dan portugis. Lenong sendiri mulai hilang eksistensi nya akhir-akhir ini, akibat banyak budaya modern yang lebih di minati masyarakat khususnya kaum "milenial".

Di sisi lain tidak adanya media yang mengangkat kesenian tentang Lenong Betawi, hal ini menjadi semakin sulitnya kesenian Lenong Betawi berkembang di Indonesia. Faktanya lenong Betawi pada saat ini hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam acara perkawinan dan sunatan. 

Ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, dari pihak pemerintah dan kita sebagai warganya harus sesegera mungkin untuk bergerak cepat dalam mempopulerkan kembali kesenian-kesian warisan nenek moyang kita terutama lenong betawi ini. 

Di lansir dari liputan6.com peneliti kebudayaan Betawi Syaiful Amri menambahkan, melestarikan seni dan budaya Betawi dibutuhkan peran serta seluruh elemen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan seniman, termasuk Lembaga Kebudayaan Betawi.

"Semuanya harus turun. Pemerintah harus bisa memfasilitasi, seniman juga ayo, dan masyarakat juga. Jangan teriak jaga tradisi tapi sudah ditampilkan nontonnya nggak mau," tutur Syaiful.

Kadang-kadang begitulah kita berteriak ingin adanya perubahan namuan tidak adanya tindakan, di mulai dari diri sendiri mari sama-sama kita tingkatkan kesadaran menjaga dan melestarikan budaya-budaya yang ada di indonesia khususnya budaya Lenong Betawi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline