Lihat ke Halaman Asli

Dien Mahdi

Sampit - Kalimantan Tengah

Seperti Hari yang Cerah untuk Jiwa yang Sepi #Part3

Diperbarui: 27 September 2020   09:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika cinta terjatuh, mungkin akan baik-baik saja ketika ada yang menangkapnya. Dan cinta akan pecah berantakan ketika hanya dibiarkan terhempas begitu saja. 

Aku baru saja melepas lelah setelah seharian bekerja. Tiba-tiba ada seseorang mengetuk rumahku, akupun bangkit untuk membukakan pintu. Aku sedikit terkejut ketika membuka pintu, dan mendapati Resty disana, wanita berparas cantik, tinggi, dan berkulit "sawo matang"seperti kebanyakan orang .

"Oh Resty... Silahkan masuk..."

"Tidak ganggukan?"

"Tidak...". Kujawab singkat dan mempersilahkan Resty untuk duduk di sofa, begitupun aku menyandarkan diatas sofa ruang tamu.

Maksud kedatangan Rasty disini ternyata dia meminta maaf kepadaku atas apa yang dulu pernah dia lakukan kepadaku, dia menyesal ungkapnya. Bagiku, yang berlalu sudahlah berlalu, tak ada terbesit dihatiku dendam kepada Resty. Aku banyak mendengarkan ceritanya kali ini, bahwa dia telah dibohongi lelaki yang sudah merenggut kehormatannya. Lelaki yang mengakunya masih sendiri dan bekerja di salah satu BANK BUMN  kala itu, tentu saja kerapian dan tampilan menarik sudah menjadi keharusan. Namun ternyata dibalik ketampanannya, ia manfaatkan untuk mendekati para wanita yang berorientasi kesenangan sesaat saja seperti halnya Resty. Dan status lelaki inipun ternyata sudah beristri. Oh Tuhan...

Nampak sekali dirawut wajah Resty penyesalan atas apa yang telah terjadi, kesedihan dirinya tak bisa disembunyikan. Pada situasi seperti ini terbesit dipikirannya untuk mengaborsi kandungannya, namun dengan tegas aku melarang. "Jangan sampai kamu melakukan kesalahan untuk kesekian kalinya Rest...!" Tegasku. Resty menangis sejadi-jadinya, sebagai sahabat aku hanya bisa menguatkan Resty agar ia tabah, akupun memeluk Resty dengan erat hingga ia sedikit merasa tenang.

Hari diluar gerimis rintik-rintik, sebelum pulang Resty meminta tolong padaku, karena tidak tau lagi harus meminta tolong kesiapa lagi selain padaku, agar aku kelak mau menjadi seorang Ayah dari anak yang dikandungnya, Resty berucap, “hanya untuk masa depan anak ini tolonglah aku kali ini”. Aku belum mengiyakan, karena Resty juga tidak meminta untuk dijawab sekarang.

...

Aku duduk di kursi lobi kantor untuk sejenak membaca headline koran lokal, Bos memanggilku, akupun segera masuk ke ruang kerjanya. Ternyata si Bos ingin aku menggantikannya menjumpai rekan bisnisnya di Kota Samarinda, karena dia berhalangan.

“Siap Bos, dengan senang hati”. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline