Lihat ke Halaman Asli

Dien Mahdi

Sampit - Kalimantan Tengah

Reuni Ala Traveling, Setiruk Beach, Kalimantan Tengah

Diperbarui: 18 September 2020   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Ini adalah perjalanan saya satu tahun lalu. Kenapa saya mengulasnya lagi, pada intinya hanya satu kata, KANGEN...!!!

Waktu itu Saya, teman Saya Lukman, Rafi, dan Fizi sedang ngobrol via whatshap untuk merancanakan perjalanan ke Pantai. Maklum, rutinitas kami sebagai pekerja membuat kami ingin suasana baru, agar tidak bosan. 

Tujuan kami adalah Pantai yang ada di Desa Setiruk, Kec. Pulau Hanaut, Kab. Kotawaringin Timur Prov. Kalimantan Tengah (Pantai yang berhadapan langsung dengan laut Jawa). Diantara kami bertiga belum ada yang pernah kesana. Cek and ricek, Saya teringat postingan Ainun (Istri teman Saya semasa SMA bernama Radi) di beranda facebook bahwa suaminya tugas disana. Tanpa menunggu lama Sayapun mengontak Radi. "Bak Gayung Bersambut", mendengar kami ingin kesana, Radi sangat senang dan kamipun juga sangat antusias pada perjalanan kali ini. 

Waktu itu hari Sabtu, sayapun mempersiapkan bekal dan apa-apa saja yang akan dibawa. sembari mempersiapkan bekal Saya dapat info dari  kawan-kawan yang akan berangkat, bahwa Rapiq (teman Saya sewaktu sekolah MTsN dulu, setingkat SMP) juga ikut. Wahhhh bakal seru nih, tambah banyak cerita pastinya saat diperjalanan nanti. Gumam Saya.

Hari minggu yang dinanti-nantipun tiba, setelah minum kopi dan sarapan alakadarnya kami memutuskan memulai perjalanan ini ke Desa Samuda Besar. Dari Desa inilah kami harus menyebrang ke Desa Babirah dan sebelumnya kami harus naik Kelotok (kapal kecil) untuk melewati Sungai Mentaya yang terkenal akan keganasan Buaya Muara, karena sudah ada beberapa korban yang meninggal dunia karena terkaman sang Buaya di Sungai ini.

Dok. pribadi

Oh iya, teman Saya Radi yang kerja sebagai Tenaga Kesehatan di Desa Setiruk ini bertempat tinggal di Desa Babirah. Radilah yang membawa dan menunjukan jalan nantinya saat kami menuju Desa Setiruk (jadi hari ini Radi alih profesi dulu jadi Tour Guide,Hehe). 

Waktu menunjukan jam 9 pagi, kami pun melanjutkan perjalanan. Kali ini saya dibonceng Lukman. Beberapa meter saja meninggalkan Desa Babirah, kami disuguhkan jalanan kiri kanan itu perkebunan kelapa dan jalannya bergelombang. Sempat saya terpikir, sesulit inikah untuk menuju kesana. Kadang saya harus turun lebih dulu dari kendaraan, agar kendaraan kami mampu untuk melewati jalan. Padahal waktu itu musim kemarau, terbayangkan jika ini musim hujan penghujan.Luar biasa perjuangan kawan-kawan yang tugas disana. Semoga saat cerita ini Saya buat, jalan disana sudah enakan, aamiin...

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam lamanya, rumah-rumah warga mulai terlihat, karena sebelumnya yang kami lewati kebun-kebun kelapa dan rawa, juga sungai sebagai akses jika lewat air kami lalui, sebagai tanda bahwa kami sudah sampai tujuan. Sesampainya kami di perkampungan, kami disambut dengan luasnya pekarangan yang ada di samping dan belakang rumah warga dan rumputnya tumbuh subur dan hijau, juga tanpa ada batasan lagi dibelakangnya itulah Pantai yang akan kami tuju. Melihat keindahan Desa ini, capek berjam-jam diperjalanan menjadi tak terasa lagi.

Kamipun tiba ditempat tugas Bapak Mantri (sebutan untuk seorang petugas kesehatan dari warga lokal). Selesai masak dan minum kopi, Saya sudah tidak sabar lagi untuk melihat keindahan pantai disini. Bagaimana tidak, ini adalah perjalanan perdana Saya kesini.

Benar saja cerita kawan-kawan yang sudah pernah kesini, Pantai disini tak kalah indah dengan yang ada diseberangnya, yakni Ujung Pandaran Beach. Hamparan pasir nan-luas, deburan ombak yang tak terlalu besar, dan desiran angin seakan setia menemani kami. Sembari kami ambil poto-poto sebagai kenangan, Saya melihat jam di tangan, ternyata sebentar lagi jam tiga sore. Sungguh tak terasa kala bergurau disini, ingin rasanya berlama-lama, namun... teringat esoknya ada tanggung jawab yang kami emban, Kamipun memutuskan untuk pulang, dan membawa keindahan Desa yang kami saksikan langsung lewat mata kami.   

Terima kasih Tuhan YME, Allah SWT. Sudah memberikan dan kemampuan pada kami untuk melihat keindahan alam semesta ini. Alam menyediakan segalanya untuk kita manusia, tapi apakah kita manusia bersedia untuk menjaga Alam?. Perlu kita renungkan dan ambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi saat-saat ini.

Selalu ingat bermasyarakat madani, Saya Mahdini, salam literasi, dari pesisir negeri




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline