Lihat ke Halaman Asli

Diantika IE

Freelancer

Rindu Perayaan HUT RI Masa Kecil di Desa

Diperbarui: 20 Agustus 2019   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Solopos.com

Perayaan HUT RI ke-74 sangat meriah di mana-mana. Meskipun 17 Agustus sudah berlalu, rangkaian acara kemeriahannya masih tetap diselenggarakan di berbagai tempat. 

Bahkan, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, di lingkungan tempat tinggal, malam puncak perayaan HUT RI digelar pada penghujung bulan September. 

Hiburan puncak, pengumuman pemenang perlombaan, dan bazar makanan digelar pada acara tersebut. Betapa meriahnya perayaan ini.

Namun ada yang selalu mengganjal dalam hati. Ketika tanggal 17 Agustus yang upacara hanya pegawai negeri, ketika warga turun ke lapangan langsung bermain-main dalam lomba yang lucu-lucuan, sengaja mengundang tawa yang terbahak sampai terpingkal-pingkal.

Lalu, beberapa panggung berdiri untuk diisi dengan tampilan penyanyi perempuan berbaju terbuka, pemuda pria pun berjoget dengan bebasnya. Sementara, anak-anak yang masih kecil menyaksikan kejadian itu dari tepian.

Belum lagi, arak-arakan karnaval banyak menampilkan hal yang terlampau kreatif tapi nyeleneh. Lelaki berkostum perempuan, berdandan lebih cantik dari perempuan betulan. Hantu-hantuan menakutkan pun banyak bertebaran.

Iya, ini memang hari kemerdekaan. Sebagai warga negara kita bebas mengekspresikan diri dalam merayakannya. Akan tetapi, perjuangan pahlawan kita zaman dahulu tidak untuk dihargai sebercanda itu. Selayaknya kita isi dengan sesuatu yang lebih terpuji. 

Memang tidak semua daerah seperti itu, hanya tidak bisa dipungkiri, kini betapa banyak perayaan kemerdekaan HUT RI yang diisi dengan acara yang terlampau merdeka tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Perayaan kemerdekaan kini, begitu jauh berbeda dengan yang dirasakan semasa kecil dulu, ketika masih selalu ikut partisipasi di desa tempat kelahiranku. 

Kemeriahan hari kemerdekaan betul-betul diisi dengan kegiatan yang positif. Walaupun bersifat menghibur, itu hanya sebatas perlombaan-perlombaan yang melibatkan banyak orang. Memancing warga untuk berkumpul di lapangan. Menonton tim kesayangannya bertanding mewakili dusun mereka.

Sama sekali tidak ada perempuan berbaju seksi yang menari di atas panggung, mengundang syahwat. Tidak joget-joget dan saweran, tidak ada arak-arakan yang pelakunya bebas mengeluarkan kata-kata kotor, dan tidak pula ada kegiatan yang tidak mendidik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline