Lihat ke Halaman Asli

Hiroshima dan "Dark Tourism"-nya

Diperbarui: 21 Februari 2020   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atomic Bomb Dome Hiroshima

Hiroshima. Bagi sebagian besar orang Indonesia, nama kota ini tidak asing. Ya pada tahun kemerdekaan Indonesia, kota ini menjadi salah satu sasaran pem-bom-an yang juga menjadi salah satu bagian dari Perang Dunia kedua kala itu.

Hidup di Hiroshima selama kurang lebih satu tahun, baru kali ini saya memberanikan diri untuk mengunjungi museum di Hiroshima. Tepatnya Hiroshima Peace Memorial Museum. Pada tangga 20 Februari 2020, saya mengunjungi museum ini bersama teman saya yang kebetulan datang dari Sapporo.

Dengan tiket masuk yang cukup murah (200 JPY) atau bahkan bisa gratis jika Anda memiliki kartu HiCIS-Discount card for Cultural Facilities in Hiroshima Prefecture untuk mahasiswa internasional di Hiroshima- kita bisa menikmati museum ini. Sebagai seseorang yang berkesempatan untuk mengunjungi Nagasaki Peace Memorial Museum terlebih dulu pada Desember 2019 lalu (saya juga akan menceritakannya nanti)- Hiroshima memberikan sentuhan sendiri di hati saya.

Banyak sekali hal yang disajikan di musuum ini. Mulai dari foto, baju-baju, alat tulis-menulis, sepeda anak, bahkan miniatur gedung yang menunjukkan perbandingan sebelum dan sesudah terjadinya bom Hiroshima juga terpampang di museum ini.

Memasuki museum, kita akan berjalan pada sejenis lorong yang menampilkan beberapa foto dengan konsep time travel. Kita akan diajak untuk kembali ke zaman dimana bom tersebut dijatuhkan di Hiroshima hingga efeknya terhadap lingkungan dan orang-orang di Hiroshima. Saya sarankan untuk meminjam audio guide agar lebih menghayati dan masuk ke masa 1945. 

Untuk Anda yang tidak begitu bisa bahasa Jepang, tenang saja. Museum ini menyediakan penjelasan dalam bahasa Inggris sehingga kita bisa benar-benar masuk dan merasakan apa yang terjadi pada saat bom Hiroshima. Begitu Anda melihat bagaimana kejadian yang terjadi saat pem-bom-an berlangsung dan efek-efeknya, hati pun juga akan ikut terenyuh dan ikut meneteskan air mata. 

Melihat bagaimana para korban berjatuhan, dampak-dampaknya setelah bertahun-tahun, efek dari radiasi nuklir yang memiliki jangka panjang- semua mengarahkan pada perasaan yang campur aduk. Bahkan tak terasa air mata juga ikut ambil bagian.

Di salah satu pojok exhibition, kita bisa menemukan story mengenai Sadako. Seorang anak perempuan yang selamat dari bom Hiroshima namun ia terpapar radiasi. Hingga ia di vonis menderita leukimia dan menutup usia di umurnya yang masih belia. Dari cerita itu pula kita akan mengetahui bahwa ia menjadi salah satu kisah mengenai Children's Peace Monument. 

Setelah disuguhkan dengan exhibition awal, kita akan melewati sebuah jalan dimana kita bisa melihat peace memorial park dan juga atomic bomb dome di satu garis lurus. Pemandangan dari lantai 2 ini memberikan kesan tersendiri. Disitu kita juga akan menemukan sejenis conversation book. Kita bisa menuliskan apa yang kita rasakan bahkan juga pesan kesan menggunakan bahasa yang kita mau. Anda bisa menuliskannya dalam bahasa Indonesia!

Tourism yang biasanya memang memberikan kebahagiaan di hati orang yang melakukannya, justru malah memberikan kesedihan. Disisi lain, kita pun akan sadar tentang pentingnya perdamaian, tanpa ada perang lagi. Inilah yang disebut dengan dark tourism. Bagaimanapun bentuknya, bom Hiroshima 1945 memberikan pelajaran dan rasa tersendiri ketika mengunjunginya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline