Lihat ke Halaman Asli

@Guangzhou : Ketika Billa sakit...[Bagian 1]

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Billa ketika pertama kali nyampe dihotel, berat badannya 8.6 kilo Setelah makan malam di warung muslim dengan makan nasi goreng dan nasi tumis sayur, abang membayar sekitar 13 yuan. [1 yuan kurang lebih 1300 – 1400 rupiah]. Dari sana kami sempat jalan-jalan sebentar. Udara malam di kawasan hotel tersebut relatif dingin dan angin lumayan kencang. Kamipun akhirnya kembali menuju ke kamar hotel, khawatir Billa masuk angin. Feeling Dian bahwa ada yang membuat Billa tidak nyaman mulai terbukti. Pagi harinya ketika sarapan, Billa mulai rewel dan tak mau makan apa-apa. Kasih susu formula pun tak mau. Dia hanya mau ASI aja. Makan siangpun demikian. Ketika Dian bawa dia makan siang di warung makan muslim dekat hotel, Billa hanya makan 3 sendok saja, kemudian rewel menangis kencang minta gendong. Walhasil Dian minta dibungkusin aja nasi pesanan tersebut. Sempat bingung juga, gimana cara ngomong minta bungkusin nasi itu... udah pake bahasa Inggris, bahasa tubuh hingga senyum pasrah namun si pemilik rumah makan tidak mengerti. Untungnya ada salah satu tamu warung makan yang sepertinya faham, lalu mengucapkan satu kata dan langsung difahami oleh si pemilik warung makan. Nasi kamipun ditaroknya dalam strayfoam kotak gitu. Dianpun pulang ke kamar hotel. Sore itu, badan Billa mulai hangat. Tapi Dian mencoba meyakini bahwa mungkin Billa hanya masuk angin. Jadi Dian tetap usahakan kasih ASI, membalurkan minyak telon ke tubuhnya dan mencukupkan tidurnya. Ketika pihak Trada mengajak bang Asis makan seafood di pinggir sungai, Dian awalnya ragu untuk ikut pergi. Namun tak enak dengan pihak yang mengundang, akhirnya meskipun ragu, Dian tetap pergi. Di lokasi rumah makanyang berada di tepi sungai tersebut, Dian gak bisa menikmati apa-apa. Billa rewel banget dan Dian sibuk memberinya ASI. Beruntung selalu memakai baju pro ASI dan jilbab panjang. ^_^ Ketika menjelang pulang, tubuh Billa terasa hangat. Matanya makin sayu. Keceriaannya yang biasa muncul jika diajak nyanyi lagu burung kakak tua atau bebek-bebekku tak nampak sama sekali. Dian makin khawatir, ketika menunggu mobil jemputan pulang ke hotel, tau-tau Billa muntah dan isinya hanya air saja. Dian mencoba menahan diri untuk tidak panik. Aduuuh ya Allah, apa yang terjadi jika Billa jatuh sakit di negara orang yang bahasanya Dian gak ngerti sama sekali. ..? Dian peluk erat Billa malam itu. Berdoa sekuat tenaga agar Billa tidak sakit parah dan menetralisir mental Dian agar tidak panik. Hanya Allah yang tahu betapa ketakutan dan khawatirnya hati Dian hari itu. *** Hari ketiga di hotel. Jam 3 pagi Dian terbangun, tubuh Billa panas. Suhu tubuhnya rata-rata 38 derajat celcius. Jam 8 pagi, ketika ayah Billa sudah berangkat ke shipyard, suhu tubuh Billa mencapai 39.4. Dian coba tenang. Dian ajak Billa berendam air hangat sekitar 10 menit. Dan Billa yang suka berendam dalam air terlihat nyaman. Ketika selesai berendam, ia ngantuk dan tertidur. Suhu tubuhnya turun menjadi 37.  Namun ia tetap tidak mau makan. Hanya minum ASI, susu formula beberapa sendok dan sari kurma. Namun jam 2 siang, suhu tubuh Billa mencapai 39,7 derajat celcius. Dian gak berani mengajaknya berendam di air hangat lagi. Akhirnya Dian kasih parasetamol. Billapun terlihat nyaman hingga jelang malam. Meskipun tetap rewel dan selera makannya menurun, namun suhu tubuhnya mulai kembali normal. Cuaca dan kondisi udara di Huangpu district hari itu sepertinya turut prihatin dengan keadaan Billa. Tak sekalipun terlihat langit biru. Hujan deras sejak malam. Siangnya langit berawan dan udara berkabut.  Hati Dianpun ikut mendung melihat Billa tertidur dalam keadaan kurus. Berat badannya menurun drastis tak sampai 8 kilo. Padahal sebelum berangkat,usaha menaikkan berat badannya tidaklah mudah. *** Hari ke empat ini fokus utama adalah kesehatan Billa. Sejak kemaren Billa pup sudah 5 kali. Yang Dian khawatirkan terjadi, karena mulai mencret dia. Susu formulanya Dian stop total. Dian kasih ASI full aja. Suhu tubuhnya mulai stabil. Billa masih mau minum obat yang dibawa dari Indonesia hasil pemberian resep dokter Hananto sehari sebelum keberangkatan. Billa juga masih sering menangis jika ada satu hal tak berkenan dihatinya. Namun kebiasaannya bertanya “ini apa wok?” atau “itu apa?” masih terus dilakukannya. Mungkin Billa tak akan pernah tahu besarnya kekhawatiran diri Dian terhadap dia. Apalagi di kamar hotel 1716 itu, Dian gak bisa masak apa2 untuk Billa. Karena dilarang masak di kamar suite superior tersebut. Tubuh Billa hanya ditunjang oleh ASI, sari kurma dan vitamin saja. Hati Dian betul-betul miris. Setiap sholat, selalu jadi ajang menangis karena mengadu pada Allah. Kekhawatiran selalu muncul setiap kali melihat Billa tertidur lemas. Doa Dian selalu teriring derasnya airmata yang menetes. “Ya Allah... Tolong cabutlah sakit pada diri anakku. Berikan dia kesehatan yang prima, nafsu makan yang baik serta berat badan yang normal. Ceriakan dirinya. Bahagiakan dia. Jadikan hari-harinya selalma di negeri China ini sebagai hari-hari yang paling membahagiakannya. Amin. Mohon perkenanMU, wahai yang Maha Menyembuhkan. ..”… *** Hari-hari penuh kekhawatiran itu  ternyata tidak cepat berlalu…

Bersambung…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline