Lihat ke Halaman Asli

DIALOG JALANAN

Penulis dan Dramawan

"Jemari Jingga" - Sentuhan 10 Jari dalam Bercerita karya Arief Akbar Bsa

Diperbarui: 17 Oktober 2021   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jemari Jingga karya Arief Akbar Bsa

KESEIMBANGAN DIRI DALAM METABOLISME DAN IDEALISME

oleh Arief Akbar Bsa

Sederhanakan yg sulit dan rumit itu mustahil,
Tetapi menyederhanakan yg sederhana adalah RASIONAL,

Kalimat di atas tersebut jarang sekali diterapkan pada sebuah "sikap keputusan" dalam menemukan solusi. Saat ditanya bagaimana keterkaitannya dengan hukum kausalitas, apakah masih dapat ditempatkan pada porsinya, sementara sebab akibat adalah penyeimbang sebagai penentu suatu azaz?

Adalah simple saja bagi Ranggita (tokoh utama dalam novel Jemari Jingga).

Baginya menempatkan porsi yang masih dalam porsinya, adalah hal rutinitas kebiasaan saja. Laiknya sirklus arah mata angin yang berlalu dan akan kembali pada porosnya. Inilah guratan sebuah teori relevansi penempatan pada akar permasalahan yang ditakar dengan perhitungan cermat. Akurat bila tak kurang dan lebih, melenceng bila menyentuh salah satunya.

Ia jabarkan tentang sindrom sensorik yang kontradiktif kala kekasihnya #purwadana merasa mual-mual dan pusing ketika membaca buku kisah tentang #savitri menjadi "sri dayang warni" di dalam bus saat perjalanan menuju #srikandi_kanvas.

Gejala pusing atau rasa mual-mual ketika membaca buku di dalam bus, tak lain disebabkan oleh adanya ketidakselarasan antara mata dan telinga. Mungkin alasan ini terasa janggal karena telinga dikenal berfungsi sebagai alat untuk mendengar bukan melihat.

Namun selain sebagai indra pendengaran, telinga juga memiliki peran untuk mengatur keseimbangan seseorang. Ketika terjadi ketidakselarasan antara mata dan telinga, keduanya akan memberikan sinyal yang berbeda ke otak. Saat seseorang membaca buku di bus, mata akan fokus pada buku yang merupakan benda tidak bergerak (padahal bus nya bergerak dan berjalan). Pada kondisi ini, mata akan mengirimkan sinyal ke otak bahwa anda sedang tidak bergerak. 

Sementara di sisi lain, telinga yang memiliki fungsi pengatur keseimbangan mengirimkan sinyal yang berbeda. Ketika seseorang berada di dalam bus, meskipun orang tersebut tidak bergerak, bus yang melaju dideteksi sebagai gerakan oleh telinga. Telinga mendeteksi adanya pergerakan dan mengirimkan sinyal tersebut ke otak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline