Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Praktek KKN, Obrolan Singkat Cantrik dan Limbuk

Diperbarui: 12 Mei 2020   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hai, apa kabar pemerintahan kita hari ini? Baik-baik sajakah keadaannya? Mungkin. Seri ini hanya mengulang 22 tahun yang lalu. 

Mengulang? Lebih tepatnya mengenang. Ya, mungkin hanya mengenang saja. 12 Mei 1998 saat rakyat memegang daulat dari kehendak yang tertindas hebat oleh para pemegang kekuasaan yang merasa masih merasa perkasa dan kuat.

Ini hanyalah sekedar panggung obrolan ala wedangan, antara Pakdhe Cantrik dan Mbakyu Limbuk, di waktu sore menjelang malam. Bersama limpung, blanggreng, tempe gembus, juga tahu bacem yang disurung oleh kekuatan teh ginasthel, legi panas tur kenthel, di seduh dalam dua cangkir blirik menawan.

Parameternya tahun 1998 aja yha guys. Kalo kita bicara tentang korupsi dan kolusi ibarat anak kembar yang kelahirannya entah sejak kapan. Mungkin jauh hari sebelum jaman kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, duo penyimpangan sosial ini telah lahir. 

"Lihat sejenak saat sejarah menggulirkan kekuatan yang mencuat dari ketakutan terhadap penindasan hak bebas bersuara, bertindak, bahkan berkehendak, yang terakumulasi," kata Pak Dhe Cantrik mengawali diskusi.

"Di sisi lain mari kita akui pada dasarnya mantan Presiden Soeharto yang terhormat beserta rekan yang pernah disebut kroni, telah sukses mendirikan kerajaan dan surga bagi para penikmat budaya nepotisme yang rasa-rasanya telah mengakar kuat melebihi idealisme primordial yang coba ditanamkan para leluhur bangsa pertiwi ini berabad silam," ujar Mbakyu Limbuk tak mau kalah berorasi.

"Nepotisme yang hingga detik ini mau tak mau kita akui malah bermutasi, menjadi darah dan daging dalam urat nadi kehidupan bangsa yang pada dasarnya terakreditasi mempunyai budaya adi luhung,"timpal Limbuk.

"Budaya kan bergeser, Mbuk," lanjut Pak Dhe Cantrik tak lupa nyewol tahu bacem yang manis.

"Baiklah. Lha wong saya yha cuma berasumsi saja. Nha kalau sama-sama bergeser kok kualitas budayanya malah jadi turun derajat? Sungguh inikah identitas masyarakat negri kolam susu ini? Masyarakat? Lhah, termasuk saya dong." 

"Ya iyhalah."

"Lha dalah, pahit."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline