Lihat ke Halaman Asli

Ayu Diahastuti

TERVERIFIKASI

an ordinary people

Mengulik Wanita dan Keresahannya

Diperbarui: 26 Februari 2020   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Duduk di hadapan saya siang itu. Seorang ibu muda dengan tungkai kacamata yang hampir patah. Di pelipis kirinya terdapat bekas luka baru, atau lebih tepatnya lebam.

Dari mana ia dapatkan itu? Kemarin kami masih berbincang dan tertawa lepas. Dan kini, ia menghiasi makan siang saya dengan bola mata sebelah kiri yang terlihat merah. Karena terjatuh? Ternyata bukan.

"Kemarin aku bertemu bapaknya anak-anak di jalan waktu pulang kerja. Dari belakang ia menarik rambutku, aku di seret dan kepalaku dibenturkan di pintu. Dia ngamuk, mbak. Pengen nelanjangin aku di jalan. Sangat tidak sopan. Aku pengen teriak, tapi jalanan sepi,"

Begitulah ungkapan seorang ibu muda 38 tahun, Erni (bukan nama sesungguhnya), di sela air mata kejengkelan dan amarahnya. 

Selama ini ia harus bekerja keras menghidupi 2 orang anaknya. Sebagai tulang punggung keluarga ia bekerja dari pagi hingga sore, lalu sesampainya di rumah ia disibukkan dengan mengurus kebutuhan anak-anaknya yang saat itu masih berusia 13 tahun dan 3 tahun.

Kondisi tersebut mungkin bukan hanya dialami oleh Erni. Banyak kasus serupa yang mungkin hampir tiap hari menggelinding di sekitar kita. Erni hanya satu dari beribu kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan Indonesia.

Rendahnya tingkat perekonomian keluarga memicu para wanita ini untuk memasung keinginannya mendapatkan sebuah kenyamanan. Jangankan nyaman, bahkan menyempatkan diri untuk sekedar me time di rumah pun jarang.

Mereka harus bergulat dengan kenyataan, bahwa dapur harus terus mengepul, cicilan motor terlunasi, uang sekolah anak tetap terjamin, bahkan utang di warung terdekat mampu terbayar.

Namun alih-alih mendapat pengakuan dan seulas rasa terimakasih dari sang suami. Yang terjadi justru mereka mendapatkan perlakuan kasar baik verbal maupun fisik. 

Selingkuh beserta ancaman demi ancaman secara psikis, maupun tindakan intimidasi lain harus ditelan bulat-bulat hanya demi pengakuan dan eksistensi sebagai seorang istri seperti yang terpatri dalam aturan tak tertulis masyarakat.

Berbeda dengan Erni. Ada beberapa wanita bahkan yang mengaku gemetar saat mendengar teriakan, meskipun teriakan tersebut bukan ditujukan kepadanya. Mengapa? Karena setiap hari, sang suami meneriaki dengan kata-kata yang tak selayaknya di dengar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline