Lihat ke Halaman Asli

DIAN HASIMAN IWANSURYA

Program Studi Magister Manajemen Inovasi Sekolah Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa

Menuju Bumi Sejuta Sapi: Optimalisasi Integrasi Tani-Ternak dan Manajemen Teknologi

Diperbarui: 19 Juni 2021   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bisnis.com

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi yang menjadi supplier Sapi Potong Nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Populasi sapi potong di NTB menempati urutan ke-4 setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Oleh karena itu Provinsi NTB menetapkan peternakan sapi sebagai salah satu komoditas unggulan di samping komoditas lainnya, yaitu jagung dan rumput laut, yang selanjutnya dikemas dalam  program unggulan daerah yang dikenal dengan PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut). Untuk Program pengembangan ternak sapi dikenal dengan NTB-Bumi Sejuta Sapi (NTB- BSS). 

Program tersebut diharapkan dapat menjadikan usaha peternakan sapi rakyat yang telah membudaya secara turun temurun di masyarakat pedesaan dapat menjadi lokomotif penggerak perekonomian masyarakat di seluruh wilayah Kabupaten di Provinsi NTB. 

Namun demikian, target tersebut sampai saat ini belum sepenuhnya tercapai karena aplikasi teknologi dan operasionalisasi program kerja belum optimal. 

Dalam upaya mencapai target NTB-BSS tersebut, Pemerintah Provinsi NTB melakukan langkah-langkah pengembangan Ternak Sapi di kabupaten-kabupaten dalam wilayah Provinsi NTB yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai kawasan pengembangan ternak sapi, di antaranya adalah Kabupaten Sumbawa.

Sumber: bps.go.id

Kabupaten Sumbawa merupakan penyumbang populasi sapi potong terbesar di Provinsi NTB. Jika Provinsi NTB memiliki program PIJAR, maka Kabupaten Sumbawa memiliki program unggulan yang dikenal dengan JALAPI (jagung, lamtoro, dan sapi). Program ini diharapkan dapat meningkatkan populasi sapi potong dengan menyediakan pakan ternak yang berkualitas. Sehingga, tercipta integrasi yang baik antara pertanian dengan peternakan. 

Pada umumnya, para peternak sapi di Kabupaten Sumbawa masih menerapkan sistem peternakan tradisional, dimana sapi dilepas liarkan secara alami di sebuah lahan gembala yang luas, dengan hanya tergantung pada ketersediaan pakan alami yang ada di lahan tersebut. 

Cara tersebut terbilang cukup efisien, namun dirasakan masih kurang efektif dalam meningkatkan produktifitas dan bobot sapi karena jumlah dan kualitas ketersediaan pakan tidak selalu tersedia sepanjang tahun, melimpah pada musim hujan dan kekurangan pada musim kemarau. Terlebih lagi Kabupaten Sumbawa didominasi oleh lahan kering dengan rata-rata hujan hanya 4-5 bulan per tahun. 

Oleh karena itu, dibutuhkan perbaikan manajemen usaha peternakan sapi, khususnya dalam hal pengembangan jenis pakan dan teknologi pengolahan pakan ternak yang tepat, sesuai dengan kondisi lahan di Kabupaten Sumbawa. Salah satu pola yang dapat diterapkan adalah integrasi antara pertanian dan peternakan sapi, untuk meningkatkan ketersediaan pakan sapi berkualitas secara berkelanjutan. Pola ini juga telah dikembangkan di beberapa daerah dengan populasi sapi terbesar Nasional, antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, serta Sulawesi Selatan.

Selain peternakan, Kabupaten Sumbawa juga memiliki potensi pertanian yang sangat baik, yang didominasi oleh pertanian padi dan jagung. Pada tahun 2018, Kabupaten Sumbawa menjadi Kabupaten dengan luas panen padi terbesar kedua di provinsi NTB setelah Kabupaten Lombok tengah, dengan luas lahan panen sebesar 82.686 Hektar. Kabupaten Sumbawa juga tercatat sebagai salah satu lumbung jagung nasional. Bahkan, jagung Sumbawa telah dieksport ke Negara tetangga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline