Lihat ke Halaman Asli

Devi Niq

Fokus atau Berhenti

Mengambil Hikmah dari Kasus Adegan Ranjang Pasutri yang Viral

Diperbarui: 20 Juni 2019   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Merangkum dari beberapa artikel berita yang membahas persoalan tentang kejanggalan pasutri asal Tasikmalaya yang sedang viral.

Semula tidak ada yang terlihat aneh dari pasutri tersebut sampai terdengar kabar tentang adegan ranjang yang dipertontonkan secara langsung kepada beberapa anak dibawah umur.

Kejadian tersebut berlangsung beberapa kali selama bulan ramadhan. Sebelum melakukan aksinya, pasutri tersebut memungut biaya kepada anak-anak sebesar lima ribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah. Beberapa anak juga ada yang memberikan rokok, kopi dan mie instan demi bisa menyaksikan adegan ranjang secara langsung.

Dari informasi yang diperoleh, diketahui bahwa pasutri tersebut merupakan buruh tani di desanya yang hanya memiliki latar belakang pendidikan sampai pada sekolah dasar. Warga sekitar pun menuturkan bahwa sosok suami dari pasutri tersebut nampak jarang mengikuti kegiatan keagamaan di desanya.

Membahas persoalan yang cukup langka ini, tentu memerlukan investigasi secara mendalam. Dalam rangka mengungkap motif dibalik tindak tanduk pasutri tersebut yang janggal.

Melihat dari latar belakang pendidikan dan agama pasutri tersebut, menunjukkan bahwa pada era milenial dengan perkembangan teknologi informasinya yang sangat cepat membutuhkan pendidikan dan agama sebagai pondasi dalam membangun bangsa intelektual yang bermoral.

Pendidikan dan agama dapat menjadi filter bagi masyarakat dalam segala aktivitasnya terutama dalam berperilaku bijak menggunakan kecanggihan teknolgi informasi.

Kecenderungan di masyarakat saat ini, yaitu akademik dianggap sebagai hal paling utama dalam kesuksesan anak-anaknya. Para orang tua lebih merasa bangga ketika anaknya menjadi juara dalam olimpiade sains daripada harus belajar mengaji di masjid sekitar rumahnya.

Ketidakseimbangan yang terus terjadi mengakibatkan masyarakat terutama generasi milenial untuk memiliki sikap apatis terhadap sesama. Mereka cenderung melakukan perbuatan tanpa mempertimbangkan resiko setelahnya.

Tidak hanya para pejabat negeri ini yang terlibat dalam kasus pidana, seperti tindak korupsi. Generasi milenial pun ada yang tersandung dalam tindak kriminalitas, seperti terlibat dalam geng motor yang meresahkan warga, terlibat aksi tawuran antar pelajar, terlibat dalam kasus peredaran narkoba hingga terlibat dalam tindakan asusila.

Begitu besar dampak keseimbangan pendidikan dan agama dalam hal pembangunan bangsa indonesia yang tidak hanya baik dalam intelektual namun juga bermoral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline