Menabung emas adalah keputusan keuangan terbaik yang pernah saya lakukan beberapa tahun terakhir. Tapi siapa sangka, dari kebiasaan yang awalnya saya niatkan hanya untuk mengamankan nilai uang, ternyata malah membuka pemahaman baru bahwa menabung bukan cuma soal cuan, tapi juga bisa jadi jalan untuk berbagi.
Saya mulai menabung emas di Pegadaian sejak tahun 2021. Waktu itu, saya masih belum terlalu paham konsep investasi. Tapi saya tahu satu hal bahwa uang yang ditabung dalam bentuk tunai sering kali "habis sendiri" tanpa saya sadari. Ketika saya mengenal Tabungan Emas Pegadaian yang memungkinkan saya beli emas mulai dari nominal kecil, saya langsung tertarik. Rasanya seperti menabung, tapi lebih aman dari inflasi.
Setiap minggu, saya menyisihkan sebagian dari penghasilan lepas saya ke dalam akun tabungan emas. Tak besar, mungkin hanya sekitar Rp50.000 sampai Rp100.000. Berawal dari kecil perlahan jumlahnya pelan-pelan bertambah. Emas itu saya anggap sebagai tabungan masa depan, mungkin untuk biaya pernikahan, atau cadangan dana saat darurat.
Namun, titik balik pemahaman saya tentang emas terjadi saat saya membaca salah satu laporan tahunan dari Pegadaian. Di situ disebutkan bahwa sebagian keuntungan usaha disalurkan untuk program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL Pegadaian). Saya jadi tahu, ternyata aktivitas saya yang kelihatannya kecil, menabung emas, sebenarnya ikut berkontribusi ke dalam gerakan sosial yang lebih besar.
Ada sesuatu yang hangat di hati saat tahu bahwa perusahaan tempat saya menabung emas juga menjalankan banyak kegiatan sosial. Saya melihat Pegadaian mendukung UMKM, melakukan edukasi keuangan di desa-desa, bahkan menanam ribuan pohon untuk pelestarian lingkungan. Rasanya seperti saya bukan cuma menabung untuk diri sendiri, tapi juga secara tidak langsung ikut menanam kebaikan.
Satu Gram Emas, Banyak Manfaat
Saya ingat betul salah satu momen yang cukup berkesan. Saat keponakan saya masuk SMP, ada biaya seragam dan perlengkapan sekolah yang cukup besar. Orang tuanya kebetulan sedang kesulitan. Tanpa pikir panjang, saya jual sebagian kecil tabungan emas saya di aplikasi Pegadaian. Prosesnya cepat dan sederhana. Dalam waktu kurang dari satu jam, dana sudah masuk ke rekening dan langsung saya transfer ke kakak saya.
Saya tidak merasa rugi sama sekali. Justru saya merasa sangat bersyukur, karena di saat dibutuhkan, saya bisa membantu. Kebetulan saya dan orang tuanya keponakan say aini terbilang dekat dan saling membantu. Dari situ, saya mulai memandang tabungan emas bukan hanya sebagai instrumen keuangan, tapi juga sebagai sumber daya untuk berbuat baik.
TJSL Pegadaian dan Rasa Percaya
Yang membuat saya makin yakin untuk terus menabung emas di Pegadaian adalah keseriusan mereka menjalankan program TJSL. Tidak sekadar formalitas atau pencitraan, tapi benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. Saya sempat membaca tentang program pemberdayaan perempuan berbasis ekonomi yang mereka jalankan di beberapa wilayah. Juga pelatihan kewirausahaan untuk pelaku UMKM.
Hal-hal seperti ini jarang kita pikirkan ketika membahas soal tabungan emas. Tapi ternyata ada benang merahnya. Ketika perusahaan tempat kita menabung emas menjalankan bisnis dengan prinsip keberlanjutan dan kepedulian sosial, maka sebagai nasabah, kita juga ikut ambil bagian dalam dampaknya.
Menurut saya, ini yang membuat konsep menabung emas menjadi lebih dari sekadar urusan pribadi. Ia menjadi jembatan antara keuangan dan kemanusiaan. Dan inilah yang perlahan-lahan saya rasakan selama beberapa tahun terakhir, yaitu ada rasa keterlibatan dalam sesuatu yang lebih besar.