Penyakit Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang mempunyai dampak negatif terhadap fisik maupun psikologis penderita, gangguan fisik yang terjadi seperti poliuria, polidipsia, polifagia, mengeluh lelah dan mengantuk, disamping itu dapat mengalami penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala. Dampak psikologis yang terjadi seperti kecemasan, kemarahan, berduka, malu, rasa bersalah, hilang harapan, depresi, kesepian, tidak berdaya, juga dapat menjadi pasif, tergantung, merasa tidak nyaman, bingung dan merasa menderita.
Data statistik terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan Sekitar 20,4 juta orang dewasa (usia 20--79) hidup dengan diabetes pada tahun 2024, dengan prevalensi 11,3% dari populasi dewasa. Proyeksi pada 2050: 28,6 juta orang. Prevalensi diabetes dewasa meningkat dari sekitar 7,3 juta orang pada 2011 menjadi 20,4 juta pada 2024. Sebagian besar penderita adalah jenis 2 (tipe 2), dan diperkirakan 4 dari 10 penderita tidak menyadarinya.
Indonesia menempati peringkat ke5 global dalam jumlah penderita diabetes dewasa. aktor penggerak utama: urbanisasi, obesitas meningkat, pola makan tidak sehat, dan kurang aktivitas fisik.
Diabetes Mellitus perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi pada hampir seluruh bagian tubuh kita dari mata sampai kaki, tidak luput dari serangan penyakit ini. Komplikasi juga menurunkan kualitas Kesehatan sehingga mengganggu penderita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Disiplin dan bersungguh-sungguh merupakaan kunci utama. Apabila penderita menerapkan kedisiplinan dalam minum obat, mengatur menu makan, serta gaya hidup yang sehat dan olahraga, maka komplikasi-komplikasi tersebut dapat dihindari.
Kualitas hidup (Quality of Life/QoL) pada pasien diabetes mencerminkan sejauh mana individu merasa puas dan mampu menjalani kehidupan sehari-hari meskipun harus menghadapi tantangan penyakit kronis. Hal ini mencakup aspek fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Sementara itu, kesejahteraan psikologis (well-being) mengacu pada kondisi emosional yang stabil, perasaan bahagia, serta kemampuan individu dalam mengelola stres dan tetap memiliki harapan positif. Pada pasien diabetes, pengelolaan yang baik terhadap kadar gula darah, dukungan sosial, serta penerimaan terhadap kondisi diri sangat berpengaruh terhadap peningkatan QoL dan well-being. Pendampingan psikologis dan pendekatan holistik menjadi penting untuk membantu pasien tidak hanya sembuh secara fisik, tetapi juga merasa utuh secara mental dan emosional.
Desty Nala Choirunnisa (Magister Psikologi Universitas Semarang, Angkatan X)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI