Bayangkan seseorang berdiri di depan kelas dan berkata, "Kalau saya bilang ada satu hal yang bisa langsung bikin suasana hati kamu lebih baik, bikin kamu lebih fokus, dan bahkan bisa melindungi otak kamu dari penyakit serius kayak Alzheimer atau depresi... kamu mau coba?" Reaksi pertama pasti skeptis. Kayak, "Ah masa sih cuma satu hal bisa segitu pengaruhnya?"
Tapi ternyata bisa. Dan jawabannya adalah: olahraga.
Buat sebagian besar dari kita, kata "olahraga" udah kayak hantu. Antara malas, nggak sempat, atau ngerasa udah cukup jalan kaki dari kamar ke dapur tiap hari. Tapi cerita ini bukan sekadar ajakan buat olahraga. Ini tentang seseorang yang benar-benar mengalami sendiri perubahan besar dalam hidupnya---secara fisik, emosional, bahkan secara ilmiah---hanya karena mulai menggerakkan tubuhnya.
Dia seorang profesor ilmu saraf. Iya, profesor yang kerjaannya meneliti otak manusia, struktur paling kompleks yang pernah ada. Pekerjaannya sangat teknis, penuh data, grafik, dan tentu saja... ruangan gelap dengan mikroskop dan layar monitor. Tapi suatu hari, dia menyadari bahwa hidupnya hanya dipenuhi oleh suara klik-klik alat laboratorium dan data neuron. Nggak ada kehidupan sosial, berat badan naik 25 pon, dan dia merasa... hampa.
Sampai akhirnya, sebuah perjalanan arung jeram mengubah segalanya. Di antara arus deras dan batu-batu besar, dia sadar---dia adalah orang paling lemah secara fisik dalam kelompok itu. Itu bukan cuma soal fisik, tapi juga mental. Dia pulang dengan satu tekad: "Gue nggak mau lagi jadi yang terlemah."
Dari sanalah petualangan barunya dimulai. Dia mendaftarkan diri ke pusat kebugaran dan mencoba semua kelas yang ada---dari yoga, dansa, sampai kickboxing. Awalnya? Tentu aja berat. Badannya kaku, napas ngos-ngosan, dan otot-ototnya protes. Tapi ada satu hal yang bikin dia terus kembali: perasaan bahagia setelah latihan.
Setiap kali selesai olahraga, dia merasa lebih hidup. Semangatnya naik, mood-nya membaik, dan energinya terasa luar biasa. Dalam beberapa bulan, dia mulai merasa lebih kuat, lebih ringan, dan lebih... dirinya sendiri. Bahkan berat badannya turun 25 pon. Tapi yang paling mengejutkan bukan itu.
Saat sedang menulis proposal penelitian---yang biasanya bikin kepala mumet dan frustrasi---dia sadar sesuatu yang aneh terjadi. Kali ini, menulis terasa... mudah. Fokusnya tajam, pikirannya jernih, dan dia bisa menyelesaikan tulisan itu tanpa drama. "Ini nggak pernah kejadian sebelumnya," pikirnya. Sebagai ilmuwan, dia langsung sadar: ada sesuatu yang berubah dalam otaknya.
Rasa penasarannya kembali membara. Kali ini bukan tentang sel-sel otak yang membentuk memori, tapi tentang apa yang terjadi di otaknya sendiri setelah mulai olahraga rutin. Dia pun tenggelam dalam literatur ilmiah dan menemukan sesuatu yang luar biasa: semua perubahan positif yang dia rasakan---suasana hati yang membaik, fokus yang meningkat, dan energi yang stabil---ternyata memang terbukti secara ilmiah. Bahkan lebih jauh lagi, olahraga punya efek langsung dan jangka panjang terhadap otak.
Begini cara kerjanya.