Lihat ke Halaman Asli

Erni Purwitosari

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Inilah Bentuk Kepedulian terhadap Korban Pelecehan Seksual

Diperbarui: 13 Juni 2021   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture by pixabay

Pelecehan seksual masalah sosial yang sudah ada sejak dulu. Selama ini saya mengetahui hal tersebut dari membaca berita di koran dan menonton berita di televisi. Selalu saja ada pemberitaan tentang kasus pelecehan seksual.

Geram. Itu yang saya rasakan tiap kali mendengar berita terkait masalah tersebut. Rasanya saya ingin, maaf (tempeleng) pelakunya. Seenaknya saja menghina dan melecehkan perempuan. Memang situ lahir darimana? Dari rahim perempuan tauk. 

Eh, kok saya jadi emosi di sini. Maaf, maaf. Saking emosinya. Apalagi setelah kawan sendiri yang mengalami hal tersebut. Pengin menghajar pelakunya tapi sudah kabur. Kesal sekali bukan? Tapi mau bagaimana lagi? Akhirnya hanya bisa memberi support dan menenangkan si kawan saya ini.

Kejadiannya sudah lama sekali. Tapi masih suka geram sendiri kalau ingat hal itu dan membaca berita pelecehan seksual. Ceritanya dulu itu saya dan si kawan ini berangkat dari rumah untuk latihan bola voli di sekolah. Sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. 

Berhubung jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh maka kami putuskan untuk jalan kaki saja. Tidak naik sepeda seperti biasanya. Bisa sambil ngobrol dan cerita-cerita tentang kakak kelas incaran kami. Biasalah gaya-gaya anak SMP. 

Nah, terkait gaya. Teman saya ini senangnya memakai kaos yang ketat di badan. Berbeda dengan saya yang lebih senang model kaos gombrong. Dengan bawahan celana selutut yang ketat dipadu kaos ketat, ditunjang oleh tubuh yang ramping. Jadilah penampilan si kawan terlihat menarik dengan lekukan tubuh yang terbentuk dengan jelas.

Namanya ABG, yang kata orang baru mrentes atau tumbuh. Jelas si kawan terlihat segar dan menarik. Saya pribadi merasa risih kalau ada yang melirik penampilan kita. Makanya saya lebih memilih kaos yang gombrong atau longgar agar tidak terlalu membentuk lekukan tubuh. Begitu juga dengan celana yang dikenakan. Lebih memilih yang agak longgar juga. 

Berbeda gayalah dengan kawan saya. Sebagai kawan main dan satu sekolah, tentu saya mengingatkan si kawan tentang penampilannya. Memangnya enggak risih mengenakan pakaian ketat seperti itu? Akan jadi pusat perhatian orang disepanjang jalan nanti. Tapi si kawan cuek saja. Dia bilang tidak apa-apa. Karena merasa nyaman dan tidak ribet. Ya sudah kalau memiliki pendapat seperti itu. Saya tidak berkomentar lagi.

Akhirnya kami jalan kaki menuju sekolah. Bersisian sambil cerita-cerita. Posisinya saya di sebelah kiri dan si kawan di sebelah kanan saya. Sedang asik-asik ngobrol tiba-tiba dia berteriak sambil meneriakkan nama hewan peliharaan yang kerap dijadikan penjaga rumah. Saya tentu saja terkejut dan langsung menarik tangannya.

"Kenapa? Ada apa?"

Si kawan lalu jongkok sambil menutup wajahnya dan mulai terisak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline