Lihat ke Halaman Asli

Deni Saputra

Seorang Guru dan Penggiat Literasi

Sastra Klasik: "Hikayat Raja Muda" dan Ajaran dalam Islam

Diperbarui: 19 November 2021   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

HIKAYAT RAJA MUDA

(PAWANG ANA DAN RAJA HAJI YAHYA)

Sinopsis Bab 1 - 8

Cerita ini merupakan hikayat orang dulu. Dikenali sebuah negeri yang bernama Benua Tua dengan raja bernama Sultan Degar Alam yang beristerikan Tuan Puteri Nur Lela. Di kerajaannya beliau hidup dengan saudara terkasih yang bergelar Raja Besar yang beristerikan Tuan Puteri Lela Mengindera. 

Dengan takdir Allah maka kedua isteri tersebut hamil dan memiliki anak. Tuan  Puteri Nur Lela Mangindera berputeralah seorang laki-laki dan diberi nama Bujang Selamat sedangkan Tuan Puteri Nur Lela berputerakan seorang perempuan yang diberi nama Tuan Puteri Lindongan Bulan. 

Atas kehendak-Nya pula pasangan Raja Besar beserta isterinya mengalami sakit dan menyebabkan keduanya meninggal dunia. Bujang Selamat diasuh oleh saudaranya.

Setelah tuan Puteri Lindongan Bulan berusia dua belas tahun, ibunya melahirkan seorang adik laki-laki yang bernama Raja Muda. Namun, pada saat itu pula Tuan Puteri Nur Lela sakit dan memberi pesan bahwa antara Bujang Selamat dan Puterinya harus dikawinkan dan akhirnya diapun meninggal. 

Ketika Raja Bujang Selamat dan  Tuan Puteri Lindongan Bulan sudah cukup umur maka keduanya pun dinikahkan secara besar-besaran. Selang waktu tak berapa lama Tuan Puteri Lindongan Bulan hamil, dan sudah sampai tiga bulan usia kehamilannya maka Tuan Puteri hendak mengidam sebuah nyiur gading satu biji saja yang pohonnya sangat tinggi ke atas udara..

Setelah mendengar permintaan isterinya Raja Bujang Selamat pergi ke istana adiknya Raja Muda untuk meminjam parang puting untuk memanjat nyiur gading yang tinggi itu. Raja Bujang Selamat pun pergi dengan sendirinya dengan membawa bekal dan persiapan yang sudah desediakan oleh isterinya. 

Setelah sesampainya di tempat tujuan, maka Raja Bujang langsung menancapkan parang puting dan dengan kain cindai yang dikasih isterinya dililitkan ke nyiur gading sebagai alat memanjat. Berkat  kesaktian parang puting dan ilmu hikmat, raja Bujang Selamat dapat melawan hambatan seperti binatang sehingga sampai di atas tandan nyiur gading. 

Penunggu nyiur gading tersebut adalah Tuan Puteri Talipok Layu, dan segera memberikan syarat jika ingin mengambil nyiur gading, syaratnya yaitu jika anak dari Raja Bujang Selamat laki-laki maka dia harus menjadi suaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline