Lihat ke Halaman Asli

Belajar Hidup Lewat Piket Dapur di Asrama

Diperbarui: 24 Juli 2025   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input foto: Memasak Bareng Teman-teman (Dokumen Pribadi/Delisa)

Pagi itu, suara alarm berbunyi pukul 05.30. Suasana asrama masih sepi, sebagian teman masih tertidur lelap. Namun bagi saya dan beberapa teman lainnya, hari ini adalah giliran kami piket dapur.

Di asrama, piket dapur bukan hanya tugas biasa. Ini adalah momen istimewa yang penuh dengan kerja sama, tawa, tantangan, dan tentu saja, aroma masakan yang menggugah selera. Sejak awal masuk asrama, kami sudah diberi jadwal piket secara bergilir, biasanya per kelompok berisi 4--5 orang.

Kegiatan dimulai dengan mencuci sayur-sayuran yang disiapkan ibu pi aisi dapur  seorang ibu asrama yang bertanggung jawab sebagai pengarah dan penanggung jawab dapur. Ibu Pi aisi bukan hanya pandai memasak, tapi juga sabar mengajarkan kami banyak hal, mulai dari cara memotong wortel yang benar sampai cara menakar garam agar masakan tidak keasinan.

Meski awalnya saya tak tahu cara menyalakan kompor gas, kini saya sudah bisa membuat tumis kangkung dan sayur sop sederhana berkat bimbingan beliau. Dalam proses ini, dapur asrama telah menjadi ruang belajar yang lebih dari sekadar tempat memasak.

1. Belajar Memasak dari Nol

Sebagian dari kami datang ke asrama tanpa pernah masuk dapur di rumah. Tak sedikit yang bahkan takut menggoreng karena trauma terkena minyak panas. Namun dalam suasana yang penuh dukungan, perlahan rasa takut itu berubah menjadi rasa penasaran dan akhirnya kepercayaan diri.

"Kamu coba goreng tahu ini, ya. Minyaknya jangan terlalu panas biar nggak meletup," kata ibu Piaisi sambil tersenyum.

Dan begitulah kami belajar, dari hal-hal kecil. Menyiapkan bahan, memotong, mencicipi rasa, hingga menyajikan makanan dalam jumlah besar. Kegiatan ini membuat kami paham, bahwa memasak bukan hanya keahlian, tapi juga bentuk tanggung jawab.

2. Dapur sebagai Ruang Kebersamaan

Tak bisa dipungkiri, kadang jadwal piket terasa melelahkan, apalagi ketika harus bangun lebih awal dari biasanya. Namun justru di sinilah rasa kebersamaan tumbuh. Kami sering tertawa saat ada yang salah potong bawang jadi bentuk aneh, atau ketika masakan terlalu pedas karena salah takar cabai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline