Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Kongres PAN, antara Etis dan Politis

Diperbarui: 14 Februari 2020   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi PAN (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Secara etis, publik bukan hanya wajar mempertanyakan aksi lempar-lemparan kursi di Kongres PAN, bahkan juga wajib. Publik mempunyai hak untuk itu. Setidaknya ada dana publik dalam keberadaan seluruh Partai politik di Indonesia. Bahkan menjadi permasalahan besar kalau publik tidak merasa terganggu.

Munculnya meme dan video yang memparodikan kejadian itu, memang tidak mengenakan bagi elite partai atau orang-orang yang mempunyai ikatan dengan partai ini. 

Namun kalau meme dan video parodi itu tidak muncul, ada hal lebih besar lagi yang tidak mengenakan. Meski kalau mau diurai lebih detail dengan jujur, pangkal masalah ini jauh mengakar ke bawah.

Ini bukan hanya perkara PAN, tapi perkara sikap banyak orang ke organisasi kepemudaan yang dalam banyak hal menjadi suport utama kaderisasi partai. 

Tetapi sekali lagi, hal ini juga tidak bisa menjadi dalil pembenar. Elite partai atau orang-orang yang mempunyai keterkaitan dengan PAN mesti berpikir keras supaya kejadian ini tidak terulang. Apalagi menjadi tradisi.

Namun secara politis, ada harapan dan hal positif dari kejadian tidak mengenakan ini. Hal yang luput dari perhatian publik karena tertutup aksi lempar melempar kursi. Harapan ketika publik khawatir melihat melemahnya tradisi demokrasi dan menguatnya tradisi dinasti dan patronase di partai politik.

Salah satu faktor terjadinya peristiwa ini adalah kerasnya gesekan politik antara kubu yang didukung MAR (Muhammad Amien Rais), begitu biasanya orang PAN menyebut pendiri dan sesepuh partai ini, dengan kubu yang tidak didukung MAR. Kejadian ini tidak akan terjadi kalau semua penggiat partai mengamini harapan MAR.

Kongres PAN akan seperti Kongres kebanyakan partai lainnya. Aman, lancar, tanpa gejolak berarti bahkan juga aklamasi. Karena semua patuh pada tokoh utama dan pendiri.

Namun, alih-alih mendukung instruksi politik MAR, aktivis partai ini bukan hanya melawan bahkan juga mengalahkan kandidat dukungan MAR.

Posisi MAR dalam setiap Kongres PAN memang menentukan. Di setiap Kongres PAN sebelumnya, hasil akhir Kongres mesti sesuai keinginan MAR. Soetrisno Bachir, Hatta Radjasa, Zulkifli Hasan, adalah orang yang bisa menjadi Ketua Partai berkat dukungan MAR. Dukungan politik MAR selalu menjadi indikator kemenangan kandidat.

Namun bila mau melihat lebih detail, sebetulnya instruksi politik MAR tidak serta merta didukung 100% oleh semua penggiat partai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline