Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Virus Corona, Kaburnya Batas antara Fiksi dan Fakta

Diperbarui: 27 Januari 2020   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi membawa pasien yang tengah terinfeksi virus. (sumber: AFP/STR/China Out)

Beth Emhoff dari Minneapolis Amerika, melakukan perjalanan bisnis ke Hong Kong. Seperti biasa, Emhoff tidak hanya makan malam bersama rekan kerjanya di sebuah rumah makan, ibu dua anak ini juga menyempatkan bergembira ke sebuah kasino.

Kemudian sebelum kembali ke Minneapolis, Beth menyempatkan diri ke Chicago menemui mantan suaminya.

Namun sepanjang perjalanan pulang, Beth terlihat tidak fit. Suhu badannya meninggi, wajahnya pucat, berkeringat dan berkali-kali batuk. Baru satu hari di rumah, Beth ambruk, kejang-kejang, dan mulutnya berbusa. 

Meski Mitch suaminya sigap membawa ke rumah sakit, Beth tidak bisa diselamatkan. Dokter tidak bisa menjelaskan kepada Mitch penyebabnya.

Esoknya, Clark anak laki-laki Beth juga meninggal dengan kondisi serupa. Sementara di Hong Kong, seorang lelaki yang di kemudian hari diketahui sebagai pelayan rumah makan tempat Beth makan, juga mengalami hal persis dengan Beth dan Clark.

Peristiwa yang menimpa Beth ini menjadi perhatian serius Departemen Keamanan Dalam Negeri beserta Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Karena apa yang dialami Beth, dalam waktu singkat dialami warga Amerika lainnya beserta banyak orang di belahan negara lain seperti India, China, Jepang, Korea. 

Sekitar 2,5 Juta orang Amerika meninggal dengan gejala mirip Beth dan Minneapolis pun diisolasi. Akses keluar masuk Minneapolis ditutup. Minneapolis menjadi kota mati. 

Selain orang disuruh untuk tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran virus, kekerasan dan penjarahan pun merebak. Bahkan, Presiden Amerika dimasukan ke bunker dan sidang kabinet dilakukan online.

WHO dan CDC kemudian sibuk melakukan penelusuran asal dari wabah, juga berkonsentrasi di lab menemukan vaksin penangkal virus yang sudah membunuh jutaan orang itu. 

Akhirnya CDC dan WHO berhasil mengidentifikasi Beth sebagai penyebar awal virus mematikan ini di Amerika, dan juga berhasil menemukan vaksin penangkal virus tersebut.

Namun di kemudian hari akhirnya diketahui, bahwa Meningoencephalitis Virus One (MEV-1), begitu virus mematikan ini disebut, berawal dari kelelawar. Sebab pohon tempatnya bergantung roboh digerus buldozer, seekor kelelawar terbang pindah ke sebuah peternakan babi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline