Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Sejumput Kisah Bu(di)daya Tanaman di Pekarangan Sempit

Diperbarui: 3 April 2022   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Labu (waluh) siap panen | Dokumentasi pribadi

Sebagai aparatus sipil negara (ASN) dengan gaji dan honor sesuai aturan perundang-undangan, bisa memiliki dua kavling rumah (yang dijadikan satu) dengan bantuan kredit bank BUMN merupakan kebahagiaan tersendiri buat saya, istri, dan kedua anak kami. 

Meskipun belum bisa memenuhi cita-cita untuk memiliki rumah besar dengan halaman luas, setidaknya rumah tersebut masih memiliki pekarangan sempit. 

Saya sengaja tidak menutup halaman rumah dengan semen atau paving stone, karena ingin memanfaatkannya sebagai pekarangan tempat menanam tanaman pangan. Kegiatan menanam merupakan kebiasaan sejak kecil sebagai anak petani. 

Sewaktu duduk di bangku SD dan SMP, saya suka menanam tanaman seperti cabe, kacang panjang, tomat, dan yang lain di pekarangan sempit rumah di Lamongan. 

Di rumah Jember, di pekarangan berukuran tidak lebih dari 6 x 3 m, saya menjalankan aktivitas di pagi hari sebelum berangkat bekerja dan sore hari sepulang dari kampus. 

Menanam bibit, memotong daun dan dahan, dan menyiram tanaman merupakan aktivitas pagi hari yang selalu menyenangkan karena bisa merasakan energi semesta yang masih cukup segar. 

Menikmati sulur tanaman telang menjelang petang | Dokumentasi pribadi

Sementara, di sore hari, saya lebih banyak memngamati dan menyiram tanaman serta menggemburkan tanah. 

Bagi saya, rasa lelah setelah bekerja seharian di kampus, perlahan-lahan luruh ketika mengetahui tanaman di pekarangan tumbuh dengan baik.  

DARI SUWEG, LABU HINGGA TELANG

Ketika mulai menanam, aktivitas pertama adalah menggemburkan tanah dengan mencampur kompos berbahan daun kering yang saya beli dari unit pengelolaan di Kampus UNEJ. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline