Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Pengalaman Pertama Menjalani Hari Bahasa Nias

Diperbarui: 20 April 2021   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarian Famee Afo, sebuah tarian dari Pulau Nias (dok.pri)

Sebagai yang bertugas di Kepulauan Nias, sudah merupakan kewajiban bagi kami mengerti bahasa Nias. Namun nyatanya, ada beberapa anggota komunitas yang sudah hampir 2 tahun berada di Kepulauan Nias, masih saja "belepotan" kalau berbicara bahasa Nias. Saya juga termasuk di dalamnya, sekalipun saya masih kurang 1 tahun berada di Kepulauan Nias.

Sebenarnya, di daerah tempat kami tinggal, masyarakatnya secara umum menggunakan bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung bagi kami untuk tidak serta merta mengerti bahasa Nias sekalipun sudah tinggal di daerah Kepulauan Nias.

Namun kami menyadari bahwa tidak selamanya kami akan melayani di daerah tersebut. Adakalanya kami pun akan dipindahkan ke suatu tempat yang bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Nias. Untuk itu, tuntutan untuk mengerti bahasa Nias pun berlaku bagi kami.

Untuk membantu kami dalam menguasai bahasa Nias, kami menetapkan satu hari wajib berbahasa Nias. Hari itu ialah setiap hari Selasa. Kami juga menyepakati bahwa jika ada anggota komunitas yang pada hari itu menggunakan bahasa Indonesia akan "diabaikan" atau tidak didengarkan sama sekali.

Kebetulan hari ini (20 April 2021) adalah hari yang dimaksud. Jadi sejak bangun pagi tadi kami semua sudah terikat kewajiban untuk berbahasa Nias.

Pagi itu, kami semua diminta hadir di ruang makan untuk makan bersama. Sarapan dibuka dengan doa makan dalam bahasa Nias oleh seorang saudara yang sudah lancar bahasa Nias. Saudara-saudara yang lain tampak bersemangat mengikuti isi doa tersebut.

Selama sarapan tersebut, kami berhasil menjalankan kewajiban kami. Tidak ada seorang pun di antara kami yang menggunakan bahasa Indonesia.

Yang berbeda ialah saat makan siang. Kebetulan para saudara yang sudah lancar bahasa Nias-nya sedang ada kegiatan di luar. Mereka tidak bisa makan bersama dengan kami. Tinggallah kami saat itu yang tidak tahu bahasa Nias.

Saya lebih awal tiba di ruang makan saat itu. Ketika seorang saudara yang lain tiba, saya berencana membuat doa makan dengan bahasa Nias. Doa itu telah saya persiapkan sebelumnya.

Namun, sebelum saya mengawalinya, ternyata seorang saudara sudah membukanya dengan doa bahasa Indonesia. Karena itu adalah doa, maka sangat tidak mungkin untuk diabaikan seperti yang sudah kami sepakati.

Lalu sehabis doa saya segera mengambil tempat duduk. Untuk menghindari percakapan, saya mencoba membuat kesibukan seperti segera memakan buah atau memeriksa makanan di dapur, barangkali masih ada lauk saat sarapan yang tersisa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline