Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Kebaikan yang Kita Beri Haruslah Mendatangkan Kebaikan bagi si Penerima

Diperbarui: 12 Januari 2021   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi memberi (dok.pri) 

Setiap dari kita pasti pernah membantu, khususnya bantuan secara materil. Kita membantu karena sipenerima jelas-jelas membutuhkannya. Kita mengetahui keadaan dari sipenerima dan karena itu kita ingin agar ia mampu memenuhi kebutuhannya saat kita memberikan bantuan kepadanya.

Namun adakalanya bantuan yang kita berikan itu justru dimanfaatkan untuk hal-hal lain yang berbeda dari maksud kita untuk membantunya. Dengan demikian, secara tidak langsung, ia telah menjadi berdosa dengan bantuan yang kita berikan kepadanya karena telah menipu kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita berhenti membantu dirinya?

Suatu pagi di ruang makan, seorang saudara bercerita bahwa ia baru saja menerima pesan WhatsApp (WA) dari seorang mahasiswa. Isi pesannya ialah mahasiswa itu telah menunggak uang kuliah selama satu semester beserta biaya-biaya administrasi lainnya.

Mendengar cerita dari saudara itu, beberapa dari saudara yang lain segera memberi komentar. Kebetulan kami semua mengenal mahasiswa tersebut dan sering membantunya untuk biaya kuliahnya di kampus.

Ada yang berkomentar dengan mengatakan bahwa selama ini ia telah membantu dengan memberikan sejumlah uang kepadanya dan uang yang diberikannya itu tidak sedikit, bahkan bisa memenuhi biaya perkuliahan selama satu semester. Karena itu ia kaget mengapa mahasiswa itu masih menunggak.

Ada juga yang berkomentar dengan mengatakan bahwa itu terjadi karena kita hanya membantu tanpa mengawasi atau mendidik, sehingga bantuan yang kita berikan itu tidak dimanfaatkan dengan baik oleh sipenerima. 

Hal itu justru akan mendatangkan dosa bagi sipenerima karena dengan demikian ia telah menipu atau mencoba "menunggangi" kebaikan kita dengan beranggapan bahwa kita akan selalu membantu dia setiap kali ia membutuhkannya. Seharusnya ia bisa mengumpulkan setiap uang yang diberikan kepadanya untuk membiayai kuliahnya. Namun dengan tunggakan yang ada, itu menunjukkan bahwa ia tidak melakukannya.

Lalu kami sepakat untuk memanggil mahasiswa tersebut untuk dimintai keterangan.

Dari pengalaman pagi itu saya mengerti bahwa kebaikan itu ternyata bisa "mendatangkan" dosa bagi sipenerima saat ia tidak memanfaatkannya dengan baik. Jika demikian adanya, turutkah kita berdosa saat bantuan yang kita berikan itu ternyata mendatangkan dosa bagi si penerima?

Menurut saya, berdasarkan daya refleksi saya yang terbatas ini, kita tidak mungkin berdosa karena saat itu posisi kita ialah sedang membantu. Harapan kita juga ialah baik yaitu agar bantuan itu bisa dimanfaatkan dengan baik oleh sipenerima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline