Lihat ke Halaman Asli

Dedy Padang

Orang Biasa

Tentang Kerendahan Hati

Diperbarui: 28 Juli 2020   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dia tidak pernah merasa diri untuk dihargai. Sebaliknya, dia selalu merasa diri harus menghargai. Dia tidak pernah merasa diri untuk dihormati. Sebaliknya, dia selalu merasa diri harus menghormati. Dia tidak pernah merasa diri untuk dilayani. 

Sebaliknya, dia selalu merasa diri harus melayani. Dia tidak pernah merasa diri untuk disapa. Sebaliknya, dia selalu merasa diri harus menyapa. Dia tidak pernah merasa diri untuk dicintai. Sebaliknya, dia selalu merasa diri untuk mencintai.

Itulah kerendahan hati. Dia aktif dalam kebaikan. Lalu apa yang dia terima?

Saat ia menghargai, ia pun akan dihargai. Saat ia menghormati, ia pun akan akan dihormati. Saat dia melayani, ia pun akan dilayani. Dan saat ia mencintai, ia pun akan dicintai. Kebaikan aktif yang ia lakukan membuatnya menerima kebaikan aktif pula dari orang lain.

Lalu, bagaimana jika ia tidak menerima balasan dari kebaikan yang ia lakukan? Ia tidak bersusah hati. Dalam hatinya, ia hanya punya kewajiban untuk aktif berbuat baik kepada siapa saja yang ada di sekitarnya. Kebaikan itu pun murni lahir dari dalam hatinya dan karena itu balasan yang ia terima pun berasal dari Tuhan karena Tuhan sumber kebaikan sempurna dan setiap orang yang berbuat baik dalam hidupnya mendapat tempat bagi Tuhan.

Itulah kerendahan hati. Bukan memikirkan apa yang dapat ia terima tetapi memikirkan apa yang dapat ia beri. Bukan karena ia kaya, tetapi karena ia mengerti bahwa segala kebaikan yang bisa ia lakukan adalah kekayaan yang bisa dibagikan. Selamat berendah hati. Salam kebaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline